Tentang Keburukan yang Bertopeng Kebaikan

Tulisan ini akan ngasi alasan kenapa sexual abuse sering terjadi di lingkup dogma. Banyak orang selalu mengulang-ulang kalimat "yg slah orangnya, bukan dogma yg dibawanya" Ya itu memang benar, tapi at some points dogma justru menjadi sangat berbahaya.

Alasan pertama, tidak semua orang cukup pintar untuk memahami perintah dogma dan memetakan perintah pada konteks tertentu.

Kedua, keberadaan teks dogma yg multitafsir dan perbedaan pandangan dalam dogma sendiri, menurut saya, memberiksn legitimasi kpd orang2 yg mau menafsirkan dogmanya. Hasilnya, bukan ingin berTuhan melalui dogma-dogma yang diajarkan, tpi ingin beragama sesuai dgn apa yg menguntungkan dirinya.

Ketiga, kendati dogma-dogma tidak salah, tapi keberadaannya bisa digunakan untuk memanipulasi orang lain.

Keempat, bukan hanya dalam konteks sexual abuse, dalam berbagai konteks kehidupan yang lebih waras, dogma menjadi identitas komunal yang justru melahirkan berbagai titik perbedaan, dan melahirkan 'pertentangan' yg dilakukan hanya untuk mempertahankan identitas tersebut.

Kelima, dogma membuat manusia lupa siapa dirinya, pada kasus tertentu seseorang dengan dogma tertentu bahkan merasa memiliki hak untuk menghakimi orang lain, mereka tanpa sadar melupakan identitasnya sebagai manusia, dan berperan sebagai pengganti Tuhan.

Tujuan saya menulis berbagai hal yang bertentangan atau sebut saja menjadi antitesis dari kebanyakan bukan untuk menyulut api perpecahan, melainkan membuka pintu-pintu tertutup yang sudah mulai karat sehingga pikiran kita tidak terjebak pada pola pikir hitam putih. 

Biar kita sadar untuk membuka mata dan tidak hanya menganggap bawa orang-orang dari aliran kita aja yang paling suci, bermoral dan beretika, sementara yang lain selalu buruk. 

Orang-orang dengan dogma tertentu punya kesempatan yang sama dengan orang yang tidak berdogma untuk melakukan keburukan, selama ia masih berstatus manusia.

Mungkin secara sadar kita semua paham dengan pandangan yang seperti ini, tapi saya sangat yakin, tanpa sadar, pikiran kita memiliki kecenderungan untuk selalu berpihak pada orang sealiran atau satu dogma yang sama.

Padahal Tuhan terlalu luas untuk dibatasi pada satu aliran saja.

13/04/23

Comments