Kisah Koruptor-Koruptor Kehidupan dan Hukumannya yang Pantas

Korupsi dimulai dari tindakan-tindakan yang kecil. Seperti contek-menyontek dalam ujian. Alih-alih belajar malah main ketika menjelang ujian. Menggunakan uang saku untuk main PS. Menggunakan uang orang tua untuk membayar SPP sekolah namun tidak belajar. Menggunakan anggaran organisasi untuk kebutuhan pribadi, contoh membeli konsumsi berlebih. Tindakan-tindakan inilah yang kemudian melahirkan pencurian uang rakyat.

Kita secara teori memang menolak korupsi, siapapun itu. Namun secara praktek, kita tidak berusaha menghindar dari hal-hal itu. Kita boleh menyampaikan pendapat untuk menolak korupsi, tapi tidak berarti kita terlepas dari korupsi dalam keseharian kita. Korupsi bukan hanya tentang uang. Bisa juga waktu. 

Contoh ketika seharusnya kita mengalokasikan waktu untuk anak, untuk bermain dan mendidiknya, kita malah memprioritaskan kerja, lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja. Contoh lain ketika mengadakan perjanjian dengan seseorang, kita berjanji akan datang jam 09:00 namun kita datang 09:01, itu juga termasuk bentuk korupsi. 

Korupsi bisa terjadi dalam bentuk apapun, kapanpun dan di manapun. Oleh sebab itu kita harus jeli dan melatih diri untuk terhindar dari itu dimulai sesegera mungkin. Untuk membentuk mentalitas bangsa yang lebih bertanggung jawab. Sehingga ketika kita menjadi pejabat atau ikut partai. Kita bisa adil dan tidak melakukan korupsi, dalam bentuk apapun.

Kenapa contek-menyontek disebut korupsi, karena orang yang menyontek mencoba menganbil jalan pintas untuk mendapatkan nilai yang bagus. Kenapa main ketika menjelang ujian disebut korupsi, alasannya jelas karena hari-hari menjelang ujian seharusnya digunakan untuk belajar untuk mendapatkan nilai yang bagus, kemudian tujuannya juga sama seperti yang pertama, supaya tidak menyontek, dan menjadi lebih bertanggung jawab sebagai murid dan sebagai anak-anak dari orang tua masing-masing. 

Sama halnya juga dengan menggunakan uang saku sekolah untuk main PS, disebut korupsi karena tidak sesuai guna, atau tidak sesuai yang dianggarkan. Uang saku diberikan untuk anak sekolah, adalah untuk kebutuhan sekolah atau untuk membeli makanan supaya ketika di sekolah, anak-anak bisa fokus belajar dan tidak terganggung dengan rasa lapar. Jika uang saku sekolah digunakan untuk hal lain, kerugian lain bisa didapat, misal minta jatah makanan teman, dalam konteks skala kecil seperti ini mungkin kerugian tidak terlihat dan yang terlihat adalah kewajaran, namun berbeda apabila minta-meminta jatah berada di konteks jabatan, seperti melalui orang dalam. Ini bentuk korupsi dalam skala kerugian yang lebih besar yang dimulai dari meminta jatah kecil. 

Yang berikutnya adalah korupsi anggaran organisasi. Mungkin ini tidak perlu dijelaskan, karena polanya cukup mirip dengan yang terjadi di pemerintahan. Di mana seseorang oknum meminta jatah namun berlebihan. Contoh selanjutnya kenapa disebut korupsi, menggunakan waktu untuk terus bekerja dan tidak meluangkan waktu bersama anak. Ini korupsi karena tidak sesuai tugas yang seharusnya. Menjadi orang tua bukan hanya memiliki tanggung jawab finansial, kehadirannya dalam keluarga juga tidak kalah penting. Itu sebabnya akhir-akhir ini mencuat isu fatherless, ini bermula dari orang tua yang korupsi tadi. 

Berikutnya adalah telat datang. Pola ini sama dengan janji-janji kampanye pejabat, dimana janji datang jam 09:00 tidak ditepati, datang jam 09:01 telat 1 menit. Ini merupakan korupsi waktu, ia mengambil waktu rekannya satu menit untuk kepentingannya. Sekali lagi ini hal sepele yang jika dibiarkan akan membudaya, dan menjadi diwajarkan. Dengan demikian kita seharusnya tak heran dengan tindakan korupsi yang terjsdi dalan pemerintahan. Jika dari hal-hal kecil saja dikorupsi.

Berbicara tentang korupsi dan bentuk-bentuknya yang beragam. Pada gilirannya kita akan tiba pada pertanyaan, hukuman apa yang pantas diberikan kepada orang yang korupsi? Saya berpendapat bahwa orang yang korupsi bisa dihukum dengan tidak mendapatkan apa yang paling mereka inginkan atau dihukum dengan sesuatu yang paling tidak mereka inginkan.

Mari kita bahas satu-satu, dalam kasus contek-menyontek dalam ujian, yang paling diinginkan oleh mereka yang menyontek adalah nilai besar. Dengan demikian, orang yang menyontek pantas mendapatkan hukuman tidak mendapatkan nilai yang besar. Kemudian orang yang tidak belajar ketika menjelang ujian pantas mendapatkan bimbel supaya bisa belajar. Kemudian orang yang menggunakan uang saku sekolah untuk main PS harus diberi hukuman tidak mendapatkan uang saku. 

Orang yang tidak belajar meski telah disekolahkan harus mendapat bimbel tambahan. Kemudian anggota organisasi yang menggunakan anggaran organisasi tidak sesuai dengan yang dibutuhkan harus dihukum dengan tidak mendapatkan yang dibutuhkan, misal contohnya adalah konsumsi berlebih, anggaran konsumsi harus dihapus untuk oknum yang melanggar. 

Sedangkan hukuman untuk orang yang tidak meluangkan waktu untuk anak, harus diberi waktu libur yang cukup untuk bisa bersama anak. Kemudian untuk yang datang terlambat harus diberi kesempatan untuk menunggu orang yang terlambat pula, atau dengan lebih ekstrim ajukan pembatalan dalam pertemuan tersebut. Kemudian untuk para koruptor, yang sangat menginginkan uang, hilangkan uangnya, rampas aset kekayaannya. Dengan kata lain, miskinkan. 

Semua hukuman terdengar otoriter. Dalam berbagai kasus sikap tegas memang dibutuhkan, nilai kasihan tidak seharusnya dikembangbiakkan dalam setiap hal, terutama dalam tindakan-tindakan yang juga tidak mengenal kasihan. Kalau tidak begitu saat ini, mau sampai kapan? Kadang, kita hanya menolak kejahatan yang tidak menguntungkan kita. Tapi kita dekat dan mempraktekkan kejahatan yang menguntungkan kita. 

Korupsi akan tetap ada dan lestari selama siswa dan mahasiswa di negeri ini masih menyontek tanpa rasa bersalah. Saya tidak mengatakan bahwa semuanya harus sempurna, saya masih suka kerandoman manusia itu ada. Tapi jika yang bersifat destruktif terlalu banyak, perkembangan tidak akan pernah didapat. Pada akhirnya tidak ada yang baik. Yang ada, hanyalah yang mengaku baik.


08:46 dan 09:36 (Ide Awal 17/08/21)

Comments