Berusaha Menjelaskan Tuhan dan Kematian Kita

Esensi Tuhan menjadi logikal apabila tidak tergambarkan sebagai konsekuensi kemahabesaran-Nya. 


Sebelum lanjut ada baiknya saya menjelaskan posisi tulisan ini. Berikut ini hanyalah penjelasan manusia yang berusaha memikirkan Tuhannya, dengan kerendahan hati dan tanpa mengaku atau mengklaim kebenaran, lalu tulisan ini ditulis.


🔴Lalu bagaimana kita bisa mengenal Tuhan? 


(Jawab dengan cara kesukaan kalian karena tidak ada yang pernah bisa memastikan Tuhan itu bagaimana) yang ada hanya gambaran sebagai berikut.


Dia adalah Tuhan-sebagaimana-dia-telah mewahyukan-diri-kepada-manusia: persepsi manusia tentang Tuhan, secara misterius berbeda dari realitas Tuhan yang sepenuhnya, yang selalu luput dari jangkauan pemahaman kita.


Kendati demikian, penggambaran Tuhan yang dapat dijangkau oleh pikiran manusia tertuang dalam taurat dalam ajaran Yahudi dan esensinya tak tergambarkan.


Lalu tertuang dalam sosok Yesus dalam ajaran Kristiani yang disebut sebagai Tuhan anak dan esensinya tak tergambarkan yang disebut Tuhan Bapa di Surga.


Sedangkan dalam Islam tertuang dalam kitab yang disebut Al-quran yang dibawa oleh Muhammad, sedangkan esensinya tak terjangkau.


🔴Bagaimana kita bertemu Tuhan?


Saat ini, jiwa kita seperti dalam pengasingan, terperangkap dalam dunia yang bersifat fisik. Dengan sekat-sekatnya yang terbatas.


Manusia harus kembali kepada Tuhan, rumahnya yang sejati, meninggalkan kesenangan dunia indrawi, dan bahkan bahasa, karena semua itu mengikat kita dengan dunia yang tidak sempurna. 


Oleh sebab itu, adalah tidak konsisten apabila penduduk surga ditafsirkan sebagai orang rakus terhadap makanan dan terhadap wanita. Sedangkan di sisi lain digambarkan bahwa tidak ada sesuatu yang 'tidak baik' dalam surga.


Bertemu Tuhan, artinya sesuatu yg tak tergambarkan. Tidak sesederhana lapar langsung ada makanan, haus langsung ada minuman, bernafsu langsung ada objek pelampiasan. Tidak serendah itu. 


Karena keangkuhan dan ke'aku'an manusia tidak pernah ada, banyak yang berpikir ego manusia masih bertahan jika dihadapkan dengan penciptanya. Tidak ada. Saya pikir kita tidak pernah mendapat bentuk abadi diri. Tidak ada "Aku" hanya "Dia".



18/09/22

Comments