Kolonialisme Menjadi Penyebab Terorisme Modern

Sejak abad ke 15 hingga abad 20, bangsa eropa melakukan penjelajahan. Rentang waktu ini disebut era penjelajahan, meskipun beberapa berpendapat bahwa "orang barat" selalu ikut campur dengan urusan berbagai negara hingga kini. Era penjelahan ini yang kemudian dikenal dengan kolonialisme. Di mana bangsa eropa menjelajahi berbagai belahan dunia dari barat hingga ke timur untuk menguasai wilayah dan sumber daya di dalamnya. Upaya menguasai sumber daya, ekonomi, politik dan militer di wilayah jajahan ini kemudian disebut sebagai imperialisme. Dalam era ini, Penjelajahan pertama terkenal dilakukan oleh Christopher Columbus tahun 1492, ia menjelajahi benua amerika dan disebut sebagai penemu amerika, ini memberi kesan bahwa sebelumnya amerika tidak berpenghuni, meskipun kita tau saat itu amerika memiliki suku asli bernama suku indian. Penjelajahan eropa berhenti ketika mereka mulai memusatkan perhatiannya pada pembangunan did alam negeri daripada mengeksplorasi wilayah lain.

Kendati demikian, kolonialisme eropa meninggalkan berbagai catatan buruk, meskipun kita tau bahwa ada beberapa pengaruh positif dari penjajahan ini bagi sebuah negara jajahan, namun yang menjadi fokus dalam tulisan ini hanya pada hal buruk yang ditinggalkan bangsa eropa setelah melakukan penjelajahan, tak dapat dimungkiri bahwa hal ini tidak bisa kita lupakan begitu saja. Oleh sebab itu saya berusaha membawa topik ini ke dalam pembahasan. Meskipun mungkin nanti ada beberapa hal yang kurang tepat tentang sejarah penjajahan. Oleh karenanya, sebelum lanjut saya ingin menyampaikan bahwa tulisan ini sangat terbuka dengan adanya koreksi.

Kita mulai pembahasan dari mengetahui motivasi bangsa eropa melakukan penjajahan. Meskipun mungkin setiap negara eropa memiliki tujuannya masing-masing dalam melakukan kolonialisme, namun saya berusaha merangkumnya seperti ini. Yang pertama, tujuan mendapatkan sumber daya alam. Mungkin ini yang menjadi salah satu tujuan utama seperti yang sering kita kenal dalam konteks Indonesia bahwa bangsa eropa datang ke indonesia untuk mendapatkan rempah-rempah, emas, perak, kopi, karet dan berbagai jenis barang lainnya. Selain juga mereka memiliki tujuan lain yang terkenal yaitu gold, glory, gospel yang meliputi tidak hanya mendapatkan sumber daya, melainkan juga mengusainya melalui jalur-jalur ekonomi politik. Selain sumber daya, mereka juga menyebarkan agama mereka.

Yang kedua, seperti yang disinggung juga sebelumnya pada akhirnya mereka ingin menguasai perdagangan dan ekonomi wilayah jajahan, untuk dapat memproduksi sumber daya untuk diri mereka sendiri dan mengambil keuntungan. Tentu dengan bahan-bahan yang lebih murah jika dibsndingkan dengan bahan-bahan di negara mereka. Kemudian yang ketiga mereka ingin mendapatkan posisi strategis di mata dunia. Itu juga yang diusahakan sejak saat itu. Di mana mereka menguasai pelabuhan, pulau-pulau dan tempat-tempat penting lainnya dan dengan demikian mereka dapat memperkuat dominasi mereka dalam perdagangan maritim dan pertahanan militer.

Selanjutnya, yakni yang ke empat, seperti yang sudah disinggung di atas. Mereka memiliki tujuan menyebarkan agama dan budaya. Dalam hal ini yaitu agama kristen dan budaya eropa. Inilah yang kemudian membangun pola pikir yang saya sebut "Barat, keren!" di wilayah jajahan. Dengan kata lain, hal-hal yang berkaitan dengan budaya barat khususnya eropa adalah hal-hal yang keren dan perlu ditiru. Terutama yang menjadi bukti nyata hingga kini yakni fesyen. Hal ini bisa dilihat dari cara kita berpakaian seperti berjas dan bersepatu.

Yang terakhir yakni persaingan dengan bangsa lain, ini juga yang menjadi salah satu tujuanya, di mana masing-masing negara eropa bersaing satu sama lain untuk menguasai banyak wilayah. Mereka berlomba-lomba mendapstkan wilayah jajahan supaya tidak tertinggal dengan bangsa pesaing. Inilah beberapa hal yang menjadi tujuan kolonialisme eropa. Meskipun kita tau mereka mendapat keuntungan dan wilayah jajahan juga mendapat 'pelajaran' untuk kemajuan wilayahnya sendiri. Hal ini tidak dapat dimungkiri banyak penderitaan, penindasan, dan kerugian besar bagi masyarakat asli yang dijajah.

Dalam konteks modern, kesadaran akan dampak negatif dari kolonialisasi terhadap masyarakat asli dan budaya mereka telah meningkat, dan upaya untuk memperbaiki ketidakadilan sejarah ini terus berlanjut. Terlepas dari itu. Penderitaan dan penindasan yang dilakukan kolonialisme pada bagiannya memunculkan gerakan nasionalis di wilayah jajahan. Lalu ini memunculkan pertanyaan, apa kaitannya dengan terorisme? Untuk menjawab itu, mari kita perhstikan dampak dari kolonialisme.

Perampasan wilayah dan sumber daya memantik masyarakat asli untuk mempertahankan kepemilikannya. Gerakan yang dilakukan masyarakat asli ini kemudian yang disebut gerakan nasionalis, di mana mereka berjuang untuk wilayahnya, untuk bangsanya, mempertahannya segala sesuatu yang ada di wilayahnya. Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh masyarakat asli ini bervariasi, salah satu yang disebutkan melebihi batas, dikategorikan sebagai terorisme. Oleh sebab itu gerakan nasionalis dianggap sebagai salah satu dasar terorisme ketika mencapai batas tertentu. Salah satu contoh yang sedang hangat diperbincangkan adalah gerakan hamas melawan israel dalam mempertahankan wilayahnya (nasionalisme), tindakan hamas dinilai sebagai tindakan terorisme oleh barat.

Lalu sebenarnya apa saja tindakan mendukung wilayah sendiri yang dianggap mencapai batas dan disebut terorisme? Pada dasarnya, tindakan terorisme adalah kekerasan dan ancaman yang dilakukan individu atau kelompok tertentu dengan tujuan politik, ideologi atau agama. Sebenarnya kita bisa bertanya-tanya di sini, bukankah yang dilakukan barat dalam kolonialisasi pada bagiannya adalah tindakan-tindakan dengan tujuan serupa dengan ini? Bagaimana pendapat kalian? Oke lanjut. Kita perlu tau bahwa tujuan dari terorisme biasanya adalah untuk mengintimidasi, mempengaruhi kebijakan pemerintah atau masyarakat, serta menciptakan ketakutan dan instabilitas di antara sasaran mereka. Tindakan terorisme dapat meliputi serangan bom, penyanderaan, pembunuhan massal, dan kekerasan fisik lainnya.

Bentuk perlawanan masyarakat dalam sebuah wilayah jajahan pada bagiannya disebut sebagai teror, kelompok-kelompok masyarakat yang melakukan aksi ini disebut kelompok separatis. Ada beberapa kelompok masyarakat yang tunduk terhadap penjajah, ini yang kemudian menjadi alasan mengapa bentuk perlawanan tersebut disebut teror. Dengan kata lain, kelompok tertentu menyerang kepompok lain yang sebangsa namun berbeda ideologi dan posisi politik. Tindakan-tindakan atau gerakan bersenjata masyarakat yang disebut separatis ini kemudian disebut terorisme, dengan tujuan untuk memerangi kekuasaan kolonial sekaligus mengubah posisi ideologi dan politik orang-orang lain yang bersekutu dengan kolonial atau penjajah. Gerakan nasionalis yang menjadi dasar separatisme atau bahkan teror bisa kita lihat dalam konteks indonesia. Contohnya gerakan papua merdeka, di mana sebagian orang papua dengan nasionalismenya, mempertahankan wilayahnya dan menganggap bahwa pemerintah Indonesia adalah penjajah dan bukan bagian dari mereka.

Kita kembali ke konteks penjajahan eropa. Saya berpedapat bahwa terorisme modern dimulai dari tindakan penjajahan eropa, di mana mereka mulai melakukan eksplorasi dan eksploitasi terhadap masyarakat asli di wilayah jajahan yang menyebabkan terbentuknya nasionalisme dan perasaan senasib seperjuangan untuk mempertahankan wilayah, dan pada bagianya tak terhindarkan perjuangan mereka harus melibatkan gerakan bersenjata ini yang kemudian pada bagiannya disebut terorisme.

Tidak dapat dimungkiri bahwa sejarah penjajahan oleh bangsa-bangsa eropa, terutama pada abad 19 dan awal abad 20, telah menyebabkan konflik dan perlawanan bersenjata di berbagai wilayah dunia. Tindakan penjajahan sering kali melibatkan kekerasan dan penggunaan kekuatan militer untuk memperluas pengaruh dan kontrol atas wilayah serta sumber daya alam. Ini menciptakan ketegangan dan ketidakpuasan di antara populasi atau masyarakat asli yang merasa tertindas atau dieksploitasi oleh kekuatan kolonial. Oleh sebab itu gerakan-gerakan perlawanan terbentuk.

Sebagai respons terhadap penjajahan dan penindasan, gerakan nasionalis muncul di berbagai negara yang berjuang untuk meraih kemerdekaan dan menentang kehadiran kolonial. Tak dapat dimungkirj juga bahwa beberapa dari gerakan ini menggunakan taktik terorisme seperti serangan bom dan pembunuhan politik sebagai bagian dari strategi perjuangan. Namun, penting untuk dicatat bahwa tidak semua perlawanan atau gerakan nasionalis terhadap penjajahan berarti terorisme.

Ada juga gerakan perlawanan non-kekerasan yang menggunakan strategi seperti pemboikotan, kampanye diplomatik, atau protes damai dalam upaya untuk mencapai tujuan politik masyarakat jajahan. Sejarah terorisme modern memiliki banyak akar kompleks dan beragam faktor yang saling terkait. Sudut pandang yang berbeda dapat memberikan interpretasi yang berbeda pula. Memahami konteks sejarah dan berbagai perspektif adalah penting untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif tentang fenomena terorisme.

Kendati demikian, tindakan teror terlibat karena adanya tekanan dari pihak luar atau penjajah, yang membuat masyarakat di suatu wilayah jajahan melakukan hal tersebut. Mengingat tindakan-tindakan penjajahan ini di antaranya adalah perampasan, kekerasan dan penindasan. Maka tidak mungkin tindakan perlawanan dilakukan dengan cara yang tidak sebanding dengan perlakuan penjajah. Jika pada saat yang sama gerakan nasionalis dilakukan dengan damai, penuh penerimaan dan sabar, wilayah yang diperjuangkan akan diambil alih oleh penjajah. Kehidupan masyarakat asli akan diatur oleh penjajah mereka dan tidak pernah mendapatkan kemerdekaan ideal seperti yang mereka inginkan. Dengan demikian, bisa disebutkan secara sederhana bahwa jika tidak ada kolonialisme, tindakan terorisme bisa saja tidak pernah dilibatkan dalam tindakan-tindakan nasionalis. Secara sederhana tindakan ini adalah akibat dari sebab yang berulang kali sudah disebutkan di atas, yang dilakukan oleh penjajah.

Hal inilah yang kemudian menciptakan trauma dan paradigma yang pada bagiannya melahirkan konspirasi, bahwa kekuasaan atau siapa saja yang berkuasa, dapat dipastikan berafiliasi dengan atau tunduk pada orang-orang barat, khususnya negara-negara maju atau adidaya. Pada beberapa kasus terorisme, hal ini menjadi landasannya. Baik isu utamanya adalah agama, ataupun ideologi. Barat dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai agama dan atau ideologi yang dianut 'masyarakat yang berjuang'. Oleh sebab itu setiap kali terjadi kerusuhan, masyarakat tertentu akan mengkaitkan dengan barat dan mencoba membangun narasi melawan sistem barat. Terlepas hal itu benar atau tidak.

17:30 dan 18:14

Comments