Ilmu sebagai Landasan Pendidikan dalam Perspektif Filsafat Islam

Pendidikan sebagai sebuah tahapan penting dalam kehidupan tidak disusun dengan tanpa perhitungan. Pendidikan memilki nilai-nilai yang menjadi pijakan dalam proses pelaksanaannya. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, pendidikan memerlukan pijakan yang jelas. Landasan pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik tolak dalam rangka praktek pendidikan. Landasan pendidikan banyak disinggung oleh banyak filsuf mulai Plato hingga filsuf kontemporer seperti John Dewey. Dalam dunia islam, filsafat islam juga merumuskan landasan pendidikan yang filosofis, dengan ciri-ciri yang melekat di antaranya adalah pemikiran yang mendasar, sistematik, logis, dan universal tentang pendidikan, tentu yang bersumber dari ajaran-ajaran islam, yaitu al-quran dan hadits. Cara-cara kerja ahli filsafat Islam perlu diterapkan untuk menelaah soal-soal pendidikan. Maksudnya ialah agar makna pendidikan itu dapat digambarkan dengan jelas, makna pendidikan sangat erat kaitannya dengan tujuan materil dari pendidikan. Adapaun tujuan itu menurut prakteknya berhubungan langsung dengan pandangan hidup individu dan falsafah sosial dari sesuatu masyarakat atau bangsa. Karena itu filsafat pendidikan harus lebih menekankan penggunaan pemikiran daripada pengalaman keinderaan dalam melakukan telaah tentang masalah-masalah pendidikan. Demikianlah cara yang dicontohkan oleh ahli-ahli filsafat dalam mencari kearifan.


Dalam kaitannya dengan landasan pendidikan menggunakan sudut pandang filsafat islam tentu berbeda dengan pendidikan dengan tolak ukur berwarganegara Indonesia, yang menggunakan pancasila sebagai dasar atau sebagai landasan pendidikan. Kendati pancasila tidak bertentangan dengan nilai-nilai keislaman, namun pembahasan mengenai landasan pendidikan dalam filsafat khususnya filsafat islam, memberikan pandangan yang berbeda dalam menjalankan pendidikan. Karena landasan pendidikan dalam konteks ini, harus dipisahkan dari dasar ideal berwarga negara. Landasan pendidikan dalam kaitannya dengan filsafat islam memiliki beberapa nilai yang menjadi pijakan. Untuk menelaah lebih lanjut mengenai ini, perlu mengetahui pengertian filsafat islam itu sendiri. Filsafat islam merupakan upaya manusia, khususnya orang-orang yang beragama islam dalam memahami agamanya dengan menggunakan nilai-nilai yang melekat dalam filsafat seperti berpikir sistematik dan logis. Pemberian kata islam setelah kata filsafat bukan tanpa maksud, seperti yang sudah disinggung di atas, hal ini untuk menekankan bahwa dalam berdialektika para filsuf islam menggunakan sumber-sumber ajaran agama islam. Dengan demikian, landasan pendidikan yang ditinjau dari filsafaf islam adalah nilai-nilai yang menjadi pijakan dalam menjalankan proses pendidikan berdasarkan pemikiran-pemikiran sitematik yang berdasarkan dari sumber ajaran islam.


Nilai-nilai filsafat islam sebagai landasan pendidikan pada intinya bertujuan untuk menciptakan generasi islam yang dapat berpikir dengan baik dan menjiwai penuh nilai-nilai keislaman. Landasan pendidikan tersebut menurut Rizal (2014) harus memenuhi beberapa aspek ilmu di antaranya, ilmu-ilmu untuk mengenali Tuhan (ma’rifatullah, theology), ilmu-ilmu untuk mengetahui rahasia alam semesta (untuk kepentingan pemanfaatan), ilmu-ilmu kemanusiaan (untuk memahami potensi-potensi diri dan cara pengembangannya), ilmu-ilmu kehidupan (untuk menata kehidupan yang menenangkan). Dengan demikian, diharapkan terciptanya generasi terdidik yang mengenali penciptanya, memahami dirinya dan lingkungan sekitarnya. Hal ini bertujuan untuk kemaslahatan bersama dalam peradaban manusia. Kaitannya dengan filsafat islam dan sekaligus yang membedakannya dengan filsafat barat bisa dilihat dari penambahan wahyu sebagai sumber ilmu pengetahuan. Menurut Sidik (2022) sebagaimana diungkapkan oleh Teguh, bahwa yang dimaksud sebagai sumber ilmu tidak hanya melalui metode ilmiah dari sumber-sumber ilmiah yang logis dan menggunakan logika matematika serta koheren dan bersifat deduktif.


Tidak juga hanya dari rasio yang berasal dari ide, atau impiris yang berdasar fakta dan bersifat objektif, melainkan juga melalui intuisi dan juga wahyu. Pengetahuan yang bersumber dari wahyu bersifat mutlak karena bersumber langsung dari petunjuk Tuhan. Oleh karena itu, ilmu sebagai landasan pendidikan dalam kacamata filsafat islam tidak hanya menekankan ilmu yang berasal dari metode ilmiah sebagai landasan, melaikan merupakan pendidikan yang menyeimbangkan ilmu yang berasal dari akal dan juga wahyu.


Seperti yang sudah di sebutkan sebelumnya, bahwa muatan pendidikan dalam perspektif filsafat islam harus mencakup berbagai ilmu di antaranya ilmu ketuhanan dan keagamaan, untuk mengenali Tuhan. Mempelajari ilmu tauhid sangat penting bagi umat Islam. Pasalnya, keyakinan merupakan hal yang penting bagi manusia sekaligus kebutuhan hak asasi pada manusia untuk membangun peradaban. Islam mengajarkan keyakinan dengan cara sistem tauhid, yaitu mengkombinasikan antara cara positivistik dan doktrin literal. Sistem tauhid ini dikonsepsikan bahwa Allah Swt. adalah zat Yang Maha Esa yang merupakan sebab dari segala sebab dalam rantai kausalitas. Sistem tauhid juga membenarkan bahwa manusia dibekali fitrah. Tauhid juga akan memberikan cara pandang muslim terhadap manusia, kemasyarakatan, alam semesta, dan akhir kehidupan. Dengan demikian, seorang muslim yang baik harus juga dirinya, sekitarnya dan alam sekitar.


Islam sebagai agama untuk semesta alam, memiliki nilai-nilai yang tidak bertentangan dengan semangat kemanusiaan yaitu sangat menghormati akal, islam tidak membatasi pemeluknya hanya mempelajari ilmu agama saja, namun justru sebaliknya. Dari ilmu agama, umat muslim dapat membuka diri untuk lebih menerima dan mempelajari lebih jauh mengenai sekitarnya, Ilmu kealaman seperti geografi, astronomi fisika, dan lain lain, menjadi sangat penting untuk dipelajari dengan tujuan kemaslahatan bersama, dengan dipelajarinya ilmu tersebut, seorang muslim telah melaksanakan nilai pemting agamanya, yaitu mengamati alam ciptaan Tuhan dan mensyukuri keberadaannya, mejadi pengatur keseimbangan alam dengan tidak merusaknya. Hal ini selaras dengan semangat islam dalam menjaga lingkungan hidup.


Selain itu, islam juga menyuratkan pesan kepada umat islam untuk mempelajari ilmu kemanusiaan wujud seperti biologi, psikologi, antropologi. Selaras dengan keberadaan Islam yang menurut Rizal (2014) tidak menentang fitrah manusia, dengan keragaman berpikir manusia, dan berbagai peradaban yang majemuk, islam menjadikannya sebagai hal yang wajib dipeajari, bukan justru dijauhi atau dibenci. Penghargaan islam terhadap keberagaman manusia secara antropologis tertuang dalam al hujurat ayat 13 “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.” Dengan demikian, pendidikan islam, mewajibkan kepada manusia untuk menjadi manusia yang baik bagi sesama, terlepas dari latar belakang yang berbeda.


Dalam kaitannya dengan ilmu kemanusiaan kekaryaan seperti filsafat, sejarah, humaniora. Langgulung (1979) menyampaikan bahwa islam menghormati akal dan tidak menentang fitrah, dengan demikian, mempelajari ilmu yang sudah disebutkan sebelumnya, selaras dengan ajaran islam. Pemikiran-pemikiran manusia diberi ruang dalam islam, oleh sebab itu, selain dari sumber utama seperti al-quran dan hadits, penggunaan pendapat sahabat, keputusan ulama dan fenomena sosial mendapat ruang tersendiri dalam islam.


Berikutnya ilmu interdisipliner seperti ekonomi, hukum, pendidikan, politik dan lain-lain. Kembali lagi merujuk Langgulung (1979) ia mengatakan bahwa islam sangat memelihara kepentingan-kepentingan sosial. Mempelajari ilmu interdisipliner seperti yang disebutkn sebelumnya sangat berguna dalam kehidupan sosial guna menciptakan kehidupan yang baik. Semua hal tentang kemanusiaan dan kemaslahatannya telah Tuhan wahyukan untuk manusia agar tidak hanya menjadi hamba yang baik untuk akhiratnya, namun juga untuk kebaikan, kemaslahatanya di dunia. Semua hal itu bertujuan untuk kebaikan kehidupan manusia di dunia dan juga di akhiratnya.


Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa ilmu sebagai muatan pendidikan menjadi landasan utama yang keberadaannya tidak boleh tidak. Kriteria ilmu yang sesuai dengan ajaran islam telah menjadi pembahasan yang menarik dalam filsafat islam. Di mana manusia memikirkan apa yang baik untuk dirinya dan sekaligus tentu dengan tidak melupakan atau mengesampingkan, petunjuk dan ajaran dari Tuhan.



01:10 06/04/23

Comments