Mengenal Fanatisme Dimulai dari Tidak Mempercayai Tulisan Saya Dulu Saat Ini dan Nanti

Pada bagian ini saya akan membahas mengenai fanatisme dan apa saja bentuknya, sebagian orang mungkin telah memahami definisi fanatisme beserta contoh kasusnya. Namun sebagian masih belum menyadari ada bagian-bagain tertentu dalam hidup kita yang merupakan pembiakan fanatisme, meskipun kita lebih sering menagnggap diri kita terbebas dari sikap tersebut. Tulisan ini berdasar dari beberapa sikap orang terdekat yang sebenarnya sedang melakukan sikap fanatisme, tapi tidak menyadarinya, bahkan lebih menyalahkan kelompok lain telah melakukan fanatisme. Pada gilirannya, hal ini tidak membawa perubahan apapun terhadap dirinya. Oleh sebab itu saya merasa perlu menjelaskan bagaimana bentuk-bentuk fanatisme si sekitar kita yang sering kitanlakukan namun tidak pernah kita sadari. Sejak pertama saya menulis, saya selalu memiliki intensi semacam itu. Alih-alih mengkritisi kelompok lain, saya cenderung mengkritisi kelompok di mana saya tumbuh. Karena saya tau betul bahwa ketika suatu kelompok tidak pernah mendapat kritik, ia akan tumbuh menjadi anti kritik, dan pada saat itu, sistemya menjadi semakin tak terkendali.


Banyak hal yang bisa saya jadikan contoh dalam menggambarkan fanatisme harian yang kita lakukan. Pertama dimulai dengan hal-hal yang kecil, seperti selalu membela orang tua, anak, kerabat dekat dan lain-lain. Sebelum ke pembahasan contoh-contoh, ada baiknya saya memberikan definisi kebanyakan orang terkait fanatisme. Pada dasarnya, fanatisme adalah keyakinan atau kepercayaan yang terlalu kuat terhadap ajaran politik, agama, dan sebagainya. Dari pengertian ini, saya bisa mengambil kesimpulan bahwa fanatisme adalah bentuk keyakinan yang kuat terhadap konsep tertentu, selain itu saya juga bisa mengambilan sebab dari terjadinya fanatisme. Pertanyaan ini muncul, kenapa bisa memiliki kepercayaan yang kuat? Kemungkinan-kemungkinan bisa saya berikan, misalnya konsep tersebut diajarkan dengan terus-menerus tanpa memperhatikan sudut pandang lain, dengan demikian, ajaran lain tidak mendapat perhatian, pendapat lain menjadi tidak penting dengan sendirinya. Selain itu, umumnya orang fanatik juga tidak pernah melatih diri untuk melihat sesuatu secara lebih adil dan objektif. Fanatisme juga berkaitan dengan konservatisme dan fundamentalisme dalam beberapa hal, ketiganya memiliki kesamaan dalam hal keyakinan yang kuat terhadap sesuatu. Meskipun dalam beberapa kasus tidak semua orang konservatif dan fundamentalis adalah fanatik. Fanatisme juga bisa terjsdi di luar konteks politik, agama atau ideologi. Dari sini, kita bisa membuat contoh yang lebih dekat dengan kehidupan kita seperti yang terjadi dalam keluarga. Misal ada seorang anak yang membela orang tuanya mati-matian meskipun orang tuanya terbukti melakukan kesalahan. Dalam alam pikir anak, ia tau bahwa orang tuanya adalah segalanya, pembimbingnya dan mengarahkannya pada hal yang baik dan benar. Ketika pada waktu tertentu orang tuanya melakukan kesalahan, ia tidak menerimanya, karena yang selama ini ia yakini orang tuanya adalah sumber kebaikan. Ini bisa terjadi sebaliknya. Contoh lain masih dalam lingkup keluarga, bisa saja kerabat dekat kita bertengkar dengan seseorang, dalam percekcokan itu, terbukti bahwa kerabat kitalah yang memulai pertengkaran, karena kita merasa berkerabat dekat dengannya dan telah yakin sejak lama bahwa kita sekeluarga telah melakukan banyak kebaikan, dan tidak pernah melakukan kesalahan, kita bisa saja bersikap fanstik dan mengabaikan bukti-bukti objektif yang ada.


Contoh lain antara idola dan penggemar, ini banyak sekali terjadi. Polanya sama seperti seblumnya. Misal ada sekelompok fans atau penggemar yang sangat mengidolakan seseorang. Kemudian, katakanlah pada saat idolanya terlibat dalam kasus narkoba, fansnya akan mati-matian membela idolanya dengan narasi yang tidak menyalahkannya, misal, "Wajar dia narkoba, mungkin kelelahan bekerja, dia bekerja untuk kita" tanpa sadar, fansnya telah melakukan fanatisme. Ia tidak sadar bahwa kelakuan idolanya salah. Padahal jika kita mau melihat secara objektif, tindakan idolanya dengan apapun alasannya, itu tetaplah tindakan salah.


Selanjutnya contoh yang agak mirip dengan idola dan fans, yang juga sering terjadi. Misal, ada seorang ustad yang berceramah dengan nada marah-marah dan memaki. Selain memaki orang lain, ustad ini juga memaki keyakinan orang lain. Dalam konteks ini karena fans dari ustad ini sangat menghormatinya dan sudah sangat cinta dengan ustad ini, ia terjebak dalan fanatisme. Alih-alih menegur ustad tersebut, fansnya justru membela kesalahan ustad tersebut, apalagi yang menjadi objek makian dan hujatan adalah orang yang berbeda keyakinan dengan mereka, tindakan-tindakan salah tersebut dibenarkan. Lihatlah pola di mana sekelompok orang menjadi tertutup terhadap kebenaran objektif. Di mana mereka berusah membela sesuatu yang tidak sehsrusnya mereka bela.


Fanatisme juga sering terjadi di antara keyakinan tanpa seorang figur tertentu.tiga contoh sebelumnya kita menggunakan figur orang terdekat, idola dan tokoh agama yang dihormati. Dalam contoh ini sedikit berbeda. Fanatisme terjadi pada hal-hal tertentu, contoh yang paling dekat misalkan hobi. Katakanlah ada tokoh A yang suka sekali bermain sepak bola. Sedangkan tokoh lainnya katakanlah tokoh B, ia lebih suka di dalam rumah dan menbaca buku. Tokoh A bisa saja berpendapat bahwa yang dilakukan B sangatlah tidak baik bagi kesehatannya. Kemudisn dia menganggap bahwa satu-satunya hobi yang baik adalah bermain sepak bola. Dalam kasus ini si A sangat fanatik dengan hobinya. Padahal jika ia berusaha membuang sifat fanatismenya, dan mulai meluhat sesuai dengan lebih adil dan terbuka, ia akan melihat kenyataan bahwa kedua hobi sangat penting. Di mana hobi yang ia miliki baik untuk melatih fisiknya, dan hobi tokoh B baik untuk melatih otaknya. Beginilah fanatisme terjadi di antara kita. Keberadaannya sering kali tidak kita sadari. Kita terus mengagungkan seseorang atau sesuatu tanpa melakukan perenungan atas apa yang kita lakukan.


Contoh fanatisme yang paling menyeramkan terjadi antara kelompok tertentu yang membabi-buta melakukan tindakan-tindakan genosida demi mempertahankan keyakinannya. Keyakinan bahwa entitas tertinggi telah memberikan sebuah tanah kepada suatu kaum, dan tanah tersebut diperjuangkan mati-matian untuk diambil. Seseorang mungkin tahnyang saya maksud. Jangan dulu mengutuk kelompok tersebut. Mari instrospeksi diri sebelum kita menjadi pelakunya. Karena setiap kelompok berpotensi melakukan fantisme. Kita bisa lihat dari contoh-contoh kecil yang sudah saya berikan hingga pada tindakan sebesar dan sekeji yang terakhir saya sebut. Ini segelintir contoh fanatisme yang terjadi di antara kita. Siapapun bisa menjadi pelaku, siapapun bisa menjadi korban, oleh karenanya perlu untuk selalu menyadarian diri, melatih diri untuk tetap peka menjadi manusia yang senantiasa adil. Baik dalam alam pikiran, hingga termanifestasi dalam tindakan-tindakan dalam keseharian kita. Saya tidak berusaha menggurui, saya hanya prihatin melihat fakta yang ada, oleh sebabnya saya merasa perlu memceritakan fakta yang ada untuk bisa kita renungkan bersama-sama.


Selain fanatisme, hal-hal yang perlu diwaspadai adalah konservatisme dan fundamentalisme. Mengingat keduanya dalam berbagai hal menjadi 'senada' seperti yang sudah disebutkan di atas. Konservatisme adalah pandangan yang menganggap bahwa nilai-nilai tradisional adalah nilai yang terbaik. Nyatanya seperti yang sudah banyak saya bahas dalam tulisan lain, bahwa nilai-nilai yang kita pegang, belum tentu sesuai dengan nilai baru yang dipegang orang lain atau tidak sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam sebuah zaman. Misal, dulu manusia cenderung menjawab fenomena alam dengan mitos ataj dengan nilai-nilai lain yang tidak berdasar. Sekarang, kita tau hampir semua peristiwa alam terjelaskan dalam sains. Di sini terjadi pergeseran penggunaan nilai-nilai tertentu, mulai dari mitos ke logos. Di samping itu, ada orang-orang atau kelompok tertentu yang tidak mempercayai atau spektif terhadap keberadaan nilai baru dalm hal in sains dan berusaha mempertahankan nilai-nilai lama meskipun telah terbukti keliru dan tidak menggambarkan alam yang sebenarnya. Kelompok orang inilah yang disebut sebagai konservatif. Ia bisa dikatan fanatik pada nilai-nilai lama yang dipegangnya.


Selain itu, juga ada fundamentalisme, di mana dalam sebuah keyakinan dilakukan interpretasi terhadap teks kitab sucinya dengan lebih kaku. Alih-alih memandang kitab suci sebagai ajaran spiritual yang mendamaikan bagi pengikutnya dan menggunakan bahasa yang bersifat metaforis, orang-orang fundamentalis menginterpretasikan kitab sucinya secara lebih literal dan menganggap tafsirnya terhadap kitab suci adalah satu-satunya kebenaran. Kelompok ini sangatlah dogmatis, mengenai dogmatisme dan hal lain terkait, bisa dibaca di tulisan saya yang lain. Kembali pada sifat orang fundamentalis. Orang fundamentalis ketika dihadapkan dengan temuan sains seperti teori evolusi darwin dan temuan pendukung seperti fosil manusia purba, akan bersikap fanatik terhadap tafsirannya terhadap adam dan hawa. Alih-alih berusaha mempelajari temuan evolusi yang mengatakan bahwa manusia tidak memiliki nenek moyang tunggal, alias merupakan hasild sri evolusi yang panjang yang terjadi pada makhluk hidup seblum manusia, mereka akan terpaku pada tafsirnya yang sangat literal tersebut. Ini yang membedakan mereka dengan kelompok moderat yang lebih terbuka dalam menafsirkan kitab sucinya.


Itu beberapa contoh terkait fanatisme, dan sedikit tentang konservatisme serta fundamentalisme yang bisa saja terjadi dalam keseharian kita dalam menyikapi realitas kehidupan. Ketiga sikap ini menghasilkan ketertutupan berpikir yang pada baginnya sangat berbahaya. Sikap ini bisa melahirkan sikap turunan seperti bangga pada kelompok, mengaku paling benar, membenci kelompok lain bahkan melakukan tindakan teror. Untuk rerhindar dari sikap ini, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dan terapkan dalam hidup.


Salah satunya, tidak memahami segala sesuatu dengan cara yang dogmatis. Cobalah untuk membuka pikiran dan melihat berbagai sudut pandang dalam suatu permasalahan. Kemudian tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan hanya karena itu sesuai dengan keyakinan atau pandangan yang dibawa sejak awal. Selain itu Berbicara dengan orang-orang yang berbeda pandangan juga menbuat kita menjadi semakin terbuka. Djmulai dengan mencoba untuk berbicara dengan orang-orang yang memiliki pandangan yang berbeda dengan kita. Dengan begitu, kita bisa melihat banyak sudut pandang yang berbeda dan itu juga bisa membantu kita memahami alasan di balik pendapat orang lain.


Selain itu, yang juga sangat penting di masa pasca kebenaran ini adalah, gunakan informasi yang valid. Kita harus memastikan bahwa informasi yang kita gunakan dalam memandang sesuatu adalah akurat dan valid. Dalam era digital seperti saat ini, munculnya informasi yang salah sudah sangat umum. Oleh karena itu, ada baiknya memeriksa sumber informasi dan memastikan kebenaran informasi tersebut sebelum digunakan. Yang terakhir, jangan mudah dipengaruhi oleh orang lain termssuk tulisan saya ini. Jangan mudah percaya dengan semua penjabaran yang saya lakukan dari tulisan pertama yang saya publish hingga sekarang atau pun nanti di masa depan. Saya bisa saja melakukan kesalahan baik secara sengaja atau tidak. Oleh sebab itu, kalian tidak boleh fanatik kepada siapapun termasuk saya. Selalu berpikir secara mandiri dan jangan mudah dipengaruhi oleh orang lain. Dengan melakukan hal-hal tersebut, kita bisa menjaga sikap yang lebih netral dan tidak terlalu fanatik dalam segala sesuatunya.



17:36

Comments