Kerinduan Manusia atas Kebenaran

Kalo ada pendapat bahwa sains tidak memiliki nilai moral, sains kejam, lepas dari welas asih, 

pendapat ini tidak melihat the bigger picture of science. Semua orang tau sains itu disusun untuk memudahkan kehidupan manusia. Pada sisi tertentu mungkin ia terlihat sangat tak bermoral, tapi dilihat dari moral siapa?




Kalo ada pendapat bahwa sains tidak memiliki nilai moral, berarti ada yang luput dari perhatian, bahwa sains bahkan dibangun di atas pondasi moral. 


Manusia berduyun-duyun mengkoleksi ide mereka melintasi zaman. Menggunakan bahasa, mereka bisa menampung ide dan mengkomunikasikannya kepada turunan mereka. 


Yang nanti ketika ide itu utuh, akan digunakan untuk kebaikan bersama umat manusia. Ide-ide ini lahir dari kerinduan manusia atas kebenaran, inilah nilai moral yang berada di balik pemikiran kolektif dan hebat manusia. 


Yang kemudian bagi filsuf yg terkenal dengan argumennya tentang kematian tuhan, kenapa manusia harus yakin bahwa kehidupan harus berorientasi pada kebenaran? 


Bukankah dunia kita, adalah dunia kesalahan dan kebenaran. Atas dasar apa kita yakin bahwa kebenaran adalah satu-satunya jalan bagi manusia? 


Saya tidak mau membahas filsuf ini lebih jauh, tapi dengannya, kita bisa tau bahwa ada pilihan. 


Bagi saya, yang mengantarkan pada kebaikan bersama, entah memilih jalan baik atau buruk, adalah pilihan yang layak, selama tidak merugikan sekitarnya. 


Tentu di masa lalu bukan tidak ada manusia yang mencintai kebenaran, ada. Manusia mendefinisikan kebenaran-kebenaran mereka, oleh sebab itu ada agama. 


Lalu kemudian, kata filsuf yang tadi juga, bahwa manusia yang mencintai kebenaran sains, adalah figur terakhir dari sekian panjang daftar figur yang pernah ada di dunia manusia. Figur akhir inilah puncak manusia mencapai kebenaran yang sepanjang sejarah mereka elukan.


07/10/23

Comments