Makanan Manusia Adalah Konvensi Sosial

Kalian sadar gak bahwa nilai-nilai yang kita terapkan dalam hidup saat ini sebenarnya ada yang membentuk? Mungkin saat ini kita merasa bahwa yang kita lakukan adalah 'kenormalan' 'sesuatu yang seharusnya'.


Mungkin kalian akan membantah dan tidak percaya dengan apa yang saya katakan, tapi saya punya contoh tentang makanan, ada beberapa makanan yang sah dan halal untuk dimakan dalam agama, namun kita memilih tidak mau memakannya.


Katakanlah belalang, dalam agama, belalang halal dimakan, tapi karena konvensi sosial, sebagian dari kita merasa tidak patut untuk makan belalang. Contoh lain telur ulat, biawak, buaya, agama menghalalkan segala jenis telur, tapi umumnya kita merasa jijik untuk memakannya. 


Contoh lain yang lebih mungkin, kelinci, agama mengahalalkan kelinci, tapi karena beberapa alasan, sebagian dari kita enggan memakannya karena merasa kasian.


Agama juga bilang laut itu suci, semua yang berada didalamnya halal dimakan, namun saya pastikan hanya ikan-ikan yang umum dimakan saja yang kita makan. Itu semua karena konvensi sosial yang sudah saya sebut di atas.


Konvensi dalam norma adalah peraturan tak tertulis yang diturunkan dari generasi ke generasi, umumnya hal ini menjadi suatu kelumrahan dan bahkan menjadi peraturan yang disepakati secara pasif oleh masyarakat.


Oleh sebab itu, mengenai sesuatu yang seharusnya dan tidaks eharusnya kita makan, meski agama telah mengaturnya, manusia memiliki kecenderungannya sendiri untuk memilih apa yang akan mereka makan.


Aturan tak tertulis tentang makanan ini juga berkaitan dengan kelangkaan makanan yang ada di alam. Ketika suatu makanan jarang ditemukan di alam sekitar, meskipun halal, manusia akan melahirkan aturan tak tertulis bahwa makanan yang dimaksud asing dan kita menjauhinya.


Saya bertanya-tanya kenapa umumnya manusia hanya makan sapi, kambing, babi dan unggas? Terlepas dari nilai-nilai agama. Saya menemukan jawaban dari seorang dokter hewan. 


Ia mengatakan, umumnya, manusia cenderung memakan hewan herbivora, terkadang omnivora, namun jarang memakan karnivora. Kita memakan mangsa, bukan predator, kalau tidak kita akan menjadi makan malam mereka.


Beberapa budaya menghindari daging babi karena, sebagai hewan omnivora, ia memiliki potensi lebih besar terserang penyakit. Beberapa budaya memakan ikan, tetapi tidak memakan belut karena mungkin menjijikkan.


Kita kebanyakan makan apa yang orang tua dan kakek-nenek kita makan dan merasa jijik dengan daging hewan yang tidak kita kenal. 


Jika keluarga dan teman kita adalah vegan dan kita berada di lingkungan tersebut cukup lama, kita mungkin akan menganggap semua daging menjijikkan.



Catatan: yg dimaksud agama di tulisan ini adalah islam.


18:50

Comments