Bagaimana Menulis yang Benar dan Kaitannya dengan Cara Berpikir

Bagaimana mungkin seseorang suka menulis ketika cara berpikirnya saja belum tepat. Mungkin kalimat ini terdengar seperti menciptakan kelas atau kategori tersendiri siapa yang berhak menulis. Sebenarnya bukan menciptakan atau diciptakan, sudah menjadi keharusan orang yang menulis, harus memiliki cara berpikir yang benar.


Alasannya tentu saja terkait dengan struktur tulisan yang mengalir, kredibilitas yang ditulis atau tidak sembarangan memperlakukan informasi dan berhati-hati menyampaikannya. Jika tidak begitu, kecenderungan menyampaikan berita bohong meski tidak sengaja sangat mungkin terjadi.


Tulisan ini berkaitan dengan tulisan beberapa waktu lalu "mengapa menulis menjadi tanda peradaban", karena saya pikir ada sesuatu yang kurang dari tulisan itu, maka saya mencoba menuliskannya di bagian terpisah.


Inti hal yang ingin saya tulis telah disinggung di paragraf pertama tulisan itu, yaitu menulis yang baik, tidak menyebarkan berita salah atau bohong. Menulis berita bohong ini tidak hanya yang secara sengaja, namun ada juga yang entah karena satu atau dua hal, melahirkan kesimpulan yang kurang benar atau bahkan menyesatkan. 


Sebenarnya siapa saja bisa beropini dan menulis, namun ketika yang dibicarakan berada di ranah fakta, kita tidak bisa sembarangan memperlakukan fakta sesuai keinginan kita. Fakta ya fakta, sebuah objek yang apa adanya. Apabila ada sebuah benda berwarna merah lalu kita katakan benda itu hijau, tentu yang benar adalah benda itu merah dan tidak akan berubah warna hanya karena kita bilang benda itu hijau. 


Dengan kata lain sebaliknya, jika kita beropini, beropini pada ranah yang bersifat mana-suka, selera dan sebagainya, contoh beropini dalam hal lebih suka berbaju merah atau suka berbaju hijau, itu sah-sah saja dilakukan. Atau kita beropini makanan A lebih enak daripada makanan B. Itu bisa dilakukan. Setiap orang juga memiliki pendapat atau selera masing-masing terhadap makanan.


Jika kita beropini dan melibatkan fakta, pengecekan kembali atau research serta menyusun dan menganalisis dengan metodologi yang benar, sangat diwajibkan. Kita tau betul bahwa kita memiliki sifat lupa, jadi tidak pernah salah apabila kita mengecek kembali yang ingin kita sampaikan.


Selain itu, menggunakan metodologi supaya analisisnya benar, kenapa harus begitu? Kita adalah makhluk yang kompleks, kita tidak hanya makhluk yang berpikir melainkan didominasi perasaan, oleh sebab itu kita rentan akan bias, jadi terkadang fakta yang ingin kita sampaikan terpengaruh nilai-nilai yang telah kita yakini.


Jika hal-hal itu tidak kita lakukan, kemungkinan-kemungkinan sebelumnya yang sudah disebutkan bisa saja terjadi, kemungkinan yang pertama tulisan yang kita buat tidak akan terstruktur dengan baik. Lalu kemudian misal membingungkan pembaca.


Kemungkinan ini bisa ditoleransi dalam beberapa kasus, kerugian yang didapat pembaca hanya kebingungan pada struktur tulisan atau sulit memahami inti atau tujuan dari tulisan tersebut, itu bisa saja terjadi. 


Selain stuktur kalimat, ada komponen lebih kecil lagi yang rentan digunakan tidak dengan semestinya dan berujung membingungkan pembaca. Misal pemilihan kata yang tidak sesuai, menggunakan kata-kata tidak sesuai dengan konteks.


Kemungkinan yang kedua, kita melahirkan kesimpulan yang prematur atau bahkan menyesatkan karena terlalu banyak menyampaikan opini dari pada hal yang terjadj sebenarnya. 


Contoh apabila kita bahkan tidak tau bahwa informasi memiliki kategori-kategori dalam pengklasifikasian. Jika demikian, kita akan sembarangan menggunakan informasi. Kategori informasi ini secara sederhana seperti yang sudah disebutkan, yaitu informasi ranah fakta dan informasi ranah opini.


Jika kita membuat tulisan tentang fakta namun kita semena-mena mengarangnya, menambah informasi untuk mendramatisir atau membuat tulisan menjadi lebih menarik dengan cara yang salah, kita pada bagiannya mengorbankan kredibilitas informasi yang akan kita sampaikan. Informasi yang berupa fakta tidak bisa diperlakukan sesuka kita. Hal ini berbeda dengan opini seperti yang sudah disebutkan sebelumnya.


Selanjutnya terkait kehati-hatian, jika kita membuat tulisan tentang fakta, namun kita tidak melakukan pengecekan ulang atau riset terhadap hal yang ingin kita tulis, bisa saja kita sedang menyampaikan berita lama, kita tau bahwa ilmu pengetahuan berkembang, fakta yang kita ketahui saat ini bisa saja berkembang menjadi hal yang berbeda. Itulah perlunya untuk mengecek kembali apa yang ingin kita sampaikan.


Kita tau sebuah fakta lama adalah sebuah keadaan atau hal yang ada atau terjadi di masa lalu, dan ketika kita menyampaikannya dalam tulisan bukan berarti tulisan itu informasi bohong, itu tetaplah apa adanya namun perlu dikembangkan mengikuti perubahan yang terjadi. Berbeda dengan penyelewengan fakta, yang tidak terjadi di masa lalu, (bukan fakta lama), atau juga tidak terjadi di masa sekarang, keberadaannya dibuat-buat. Di sinilah kehati-hatian itu diperlukan.


Di sini saya tidak berusaha menjelaskan bagaimana menggunakan fakta dan menambah opini dengan benar sesuai metode yang tepat. Yang menjadi tujuan tulisan ini paling tidak kita tau bahwa dengan menulis, kita membutuhkan cara berpikir yang benar, sehingga tidak menulis dengan rancu atau tidak terstruktur, memperlakukan informasi dengan benar dan kita selalu berhati-hati dalam menyampaikannya.


06:42

Comments