Puisi - Enggan

Hujan pertama di bulan Juli, mungkin hujan enggan bersaksi jika pendosa ini ingin kembali, langit gelap dan dedaunan basah juga tak mau, bahkan gemuruh halilintar yang kadang datang menghantui manusia pun enggan, si pendosa lebih menghantu ketimbang dirinya. Apalagi angin yang tenang, ia mungkin tak sedikitpun mendengar kata-kataku, syahdu, mendengar kasih sayang Tuhan.

Aku merasa kalah dan hina, bahkan ketika aku diciptakan dengan kasih sayang, aku membalasnya dengan abai.

Jika semua di atmosfer subuh ini enggan, apakah ada manusia yang rela menjadi saksi?

Kesadaranku hanyalah setetes air yang membasahi hidungku, sedangkan tetesan yang lain adalah kesadaran yang belum tercapai.

Jadikanlah kesempatan ini sebagai ajakan bagi diri yang kering berdebu, terajak menjadi menyegarkan dan menyuburkan bagi bumi-Mu, bagi ciptaan-ciptaan-Mu, bagaikan tanah yang terhujani rahmat-Mu menumbuhkan pepohonan yang rindang bagi orang-orang untuk berteduh.


- 04:00

Comments