Puisi - Sudut Pandang

Aku terdiam, jiwaku mengelilingi raganya, bayanganku melambaikan tangannya didepan wajahku, dengan segala cara, berharap lamunku segera membuyar.
Biarlah kemarau menjadi penghujan, biarlah siang menjadi malam, biarlah waktu menemui ajalnya, Aku tak akan bergeming. Untuk apa aku lakukan semua itu, untuk apa peluh bercucuran hanya demi itu. Pikiranmu, pikiranku. Pikiranmu memiliki tujuannya, pikiranku memiliki jalannya dan punya sudut pandang yang berbeda. Kita diciptakan untuk tujuan besar dengan kemampuan yang sama besar, diciptakan dengan porsi yang sama, namun dengan rasa yang berbeda, jangan coba mencampurkan garam pada adonan permen, jika tak ingin permen lupa akan jatidirinya yang telah terbentuk sekitar 3500 tahun yang lalu.
Aku tetap dalam jalanku dengan kemauan dan kemampuan yang sama seperti dulu.
"Krik, krik, krik" suara jakrik dan aliran sungai mengetuk gendang telingaku, pandangan yang semula mengabur seketika berubah menjadi kegelapan, bayanganku tak berdaya menyatu dengannya dan jiwaku yang selalu terjaga kini hanya membisu disampingku.

Comments