Puisi - Ia

Satu yang diharapkan cerai, rela yang diharapkan benci, kemoderatan yang diludahi, bersua dalam dua tanda baca. Semua terpaku pada satu peci dan terbuai atas jiwanya, ia menggantung di setiap jantung para pemuda, sorban menggantung di lehernya, harapan bagai tulisan di bawah penghapus, tanpanya, semua dalam keraguan. Ia yang menuliskan tanpa adanya takut, meski suara kehancuran berada di atap rumahnya. Ia menjadi kedamaian bagi jiwa yang kebingungan, walau dirinya harus damai dalam tanah kehancuran. Tapi semangatnya terbawa angin, mengalir bersama air, berada di antara pasir-pasir, terhampar di atas tanah negeri ini. Menyatu dengan darah dalam raga para pemuda.



- kyknya btuh revisi :v

Comments