Beda : Manusia

Dulu, aku sering bergabung di grup-grup perdebatan antar agama secara daring. Aku pernah mengomentari sebuah postingan dengan ayat Tuhan. Itulah saat-saat ketika aku sangat ingin memaksakan keyakinanku diterima orang lain, saat itu aku merasa perlu memaksakannya karena ini jalan yang benar, aku harus menyampaikannya. Namun seiring berjalannya waktu, aku sadar bahwa aku tidak perlu memaksa orang lain percaya kepada apapun yang aku percayai. Memang, agama memerintahkan untuk berdakwah dan memberitahu jalan bagi orang yang tersesat. Tapi aku sadar, bahwa caraku salah, aku tidak perlu memaksa mereka. Kurasa melakukan semua itu tidak penting. Memaksa hanya akan membuat perpecahan. Selama pikiran kita berbeda, latar belakang kita berbeda, maka ketika aku memaksa, akan ada perlawanan hingga perpecahan, hal itu tidak diajarkan agama. Kurasa jalannya akan baik apabila melihat cara wali songo menyampaikan agama kepada masyarakat Indonesia, tanpa perang tanpa perpecahan. Menghargai, adalah kunci. Aku yakin, mereka sangat paham tentang perbedaan dan untuk apa perbedaan itu ada. Yang pasti bukan untuk perpecahan, bukan untuk diperdebatkan, bukan untuk disalahkan dan dikutuk.

Seseorang tidak memilih untuk menjadi bagian dari suatu agama, ia terlahir dan dibesarkan dengan kepercayaan tertentu dan itu merupakan takdir Tuhan. Maka ketika kamu menyalahkan atau memperdebatkan agama orang lain karena tidak sesuai dengan kepercayaanmu, menurutku tindakan semacam itu justru membuat orang lain menjauhimu, mendekatimu saja tidak, apalagi mau duduk di sampingmu dan mendengarkan apa yang akan kamu sampaikan. Jika kamu memaksa, orang itu akan merasakan ketidaknyamanan, sehingga bukan lagi mendengarkan dan percaya, mereka akan pergi meninggalkanmu jauh-jauh. Bukan Hanya mereka yang tidak seiman denganmu, tapi orang yang seiman denganmu bahkan bisa meninggalkanmu. Tidak cukup sampai disitu, orang yang seiman denganmu bisa saja mempertanyakan, "Kamu yang salah atau agamamu yang salah, dan kenapa kamu menjadi seperti itu, kenapa manusia masih berani mengganggu hak orang lain untuk memiliki kepercayaan berbeda, lantas apa guna keberadaan agama jika terjadi perpecahan dan kekacaun karena agama itu sendiri" Bisa saja orang itu meninggalkan agamanya hanya karena melihat tindakanmu yang kurang tepat. Jangan salahkan mereka yang meninggalkanmu, coba berhenti sejenak dan renungkan dengan tenang. Mungkin tujuanmu baik, tapi caramu bisa saja salah. Jangan membuat masalah baru dengan memaksa, cobalah untuk menerima.

Ketika kau tidak tau mana kebenaran yang sesungguhnya di samping pengetahuan-pengetahuan agama yang kau dapatkan dari orang tua atau gurumu, maka cara terbaik adalah memperlakukan kenyataan yang ada di depanmu dengan sepantas-sepantasnya. Bukan menyalahkan perbedaan tapi berdiam dalam harmoni dan saling menghargai karena kita sama-sama tidak tau mana kebenaran yang sesungguhnya, semua golongan memiliki pandangannya masing-masing, pilihlah jalan yang mempersatukan. Ketika kamu bertanya pada Islam, kristen, katolik, hindu, buddha serta konghucu atau yang lain jawabannya akan berbeda. Setiap golongan memiliki versi kebenarannya masing-masing. Jika kamu tidak tau cara mengajak mereka yang tersesat dengan cara terbaik, berhenti memperdebatkannya akan menjadi cara terbaik. Berbuat baik kepada sesama dan mengahargainya, bukan mengacaukan yang sudah terbentuk rapi. Bukankah ketika kau mengahargai ciptaan Tuhan berarti bahwa kau memuliakan Tuhan, tidak peduli apapun agamanya atau dari mana ia berasal. Semua agama mengajarkan kebaikan, dan selama sesuatu yang disebut sebagai kebaikan itu tidak melenceng dari kemanusiaan, kita hargai. Karena agama seharusnya tidak boleh jauh dari kemanusiaan, jika agama itu jauh dari kemanusiaan, agama itu tidak perlu ada di antara manusia.


20:26
Muncul tulisan ini abis liat PK14

Comments