Filsafatimur: Agama atau Filsafat?

Pengertian
Filsafat Timur adalah pemikiran filosofis yang berasal dari Asia, secara garis besar Filsafat Timur terdiri dari Filsafat India, China dan Filsafat Islam. Filsafat India terbagi menjadi Filsafat Hindu dan Filsafat Buddhisme, sedangkan Filsafat China terbagi menjadi Filsafat Konfusianisme dan Filsafat Taoisme. Di sisi lain, Filsafat Islam atau Filsafat Arab yaitu sebutan bagi pemikiran-pemikiran orang Arab termasuk nonmuslim yang terpengaruh oleh Islam.

Sejarah
      1.      Filsafat India
Sejarah Filsafat India bermula ketika bangsa Arya datang ke wilayah India sekitar masa 1500an, bangsa Arya membawa peradaban baru serta membawa benih-benih pemikiran filsafat berupa nyanyian dan pujian keagamaan dimana sebelumnya sudah ada peradaban penduduk asli India yaitu Drawida. Pada perkembangan selanjutnya mulai terdapat kitab yaitu turunnya atau terbentuknya kitab Weda, kitab ini yang menjadi akar pemikiran filsafat. Masa ini disebut Zaman Veda (2000-600 SM). Selanjutnya Zaman Skeptisisme (200 SM – 300 M) ditandai dengan munculnya penolakan-penolakan terhadap Veda, hal ini menjadi sebab munculnya paham baru yaitu Buddhisme dan Jainisme, kemudian sebagai reaksi dari munculnya dua paham yang tidak mengakui Veda tersebut, muncul Sad-Darsana. Sad-Darsana muncul sebagai aliran yang membela atau mengakui Veda. Sad-Darsana mengusung enam sistem filsafat, ajaran yang paling penting yaitu Samkhya – Yoga. Samkhya sebagai darsana yang mengajarkan hubungan jiwa dan alam atau Tuhan, kesadaran dan materi, purusa dan prakti merupakan dasar filosofis dari meditasi yoga. Selanjutnya Zaman Puranis atau Epos ditandai dengan munculnya karya sastra yang bersifat mitologis seperti reinkarnasi dewa-dewa dalam kitab Mahabrata yang berisi cerita kepahlawanan dan Ramayana yang berisi tentang kemurnian cinta. Kemudian Zaman Muslim (1200 – 1757 M) yaitu masuknya pengaruh Islam terhadap kefilsafatan India ditandai dengan penyelarasan ajaran Islam dengan Hinduisme. Yang terakhir Zaman Modern dimulai oleh kedatangan Inggris ke India 1757 M. Pada masa ini terdapat usaha untuk memadukan pemikiran filsafat Barat dan Timur yang mendapat reaksi penolakan karena filsafat Timur dan Barat memiliki corak yang berbeda jauh. Filsafat Timur dinilai cenderung mistik dan spiritual sedangkan filsafat Barat dianggap terlalu duniawi.
      2.      Filsafat China
Pemikiran filsafat di China bermula pada Zaman Klasik (600 SM – 200 SM), pada masa isi terdapat beberapa aliran filsafat seperti Confucianisme, Taoisme, Yin-Yang dan Maoisme. Secara umum keempatnya memiliki konsep mendasar yaitu, Tao (jalan), Te
 (keutamaan atau seni hidup),Yen (perikemanusiaan), Yi (keadilan), Tian (surga), Yin-yang (harmoni antara dua hal yang berlawanan). Selanjutnya Zaman Neo-Taoisme dan Buddhisme (200 SM – 1000 M), Buddhisme yang bermula dari India berkembang hingga ke negara lain, salah satunya China. Di China, Buddhisme diterima dengan baik dan mengalami pembaruan ketika bertemu dengan kefilsafatan China, aliran ini disebut Neo-Taoisme karena pada waktu itu kefilsafatan China didominasi Taoisme. Selanjutnya Zaman Neo-Confucianisme (1000 – 1900), Zaman ini ditandai dengan munculnya Confusianisme baru sebagai reaksi dari keberadaan Buddhisme yang dinilai bertentangan dengan ajaran-ajaran budaya dan filsafat China. Terakhir, Zaman Modern yang dimulai sekitar 1900, ditandai dengan adanya pengaruh filsafat barat. Pada masa ini banyak tulisan tentang pemikiran filsafat Barat diterjemahkan ke dalam bahasa China. Dampak aliran filsafat Barat mulai muncul ditandai dengan kecenderungan untuk kembali pada tradisi lama. Akhirnya pada tahun 1950 filsafat china dikuasai oleh pemikiran Marx, Lenin dan Mao Tse Tung.
      3.      Filsafat Islam
Sejarah filsafat Islam bermula ketika Iskandar Agung (Alexander the Great) yang merupakan salah satu murid Aristoteles berhasil menduduki wilayah Persia pada 331 SM. Masyarakat Islam yang terbuka dan tertarik terhadap ilmu pengetahuan dari budaya lain menjadi sebab munculnya perkembangan filsafat dalam masyarakat muslim. Penyatuan kebudayaan antara Persia dan Yunani menjadi cikal-bakal munculnya kajian filsafat di kemudian hari. Ketertarikan masyarakat muslim pada Ilmu pengetahuan makin terlihat ditandai dengan penerjemahan literatur-literatur keilmuan Yunani dan bangsa lain ke dalam bahasa Arab pada era Bani Abbasiyah (750-1250an SM). Hal itu membawa pengaruh besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat Islam. Kemudian dunia pemikiran Islam terfokus pada pendamaian antara filsafat dan agama atau pencarian titik temu antara akal dan wahyu. Kondisi itulah yang menyebabkan makin banyaknya cabang-cabang keilmuan yang mucul dalam dunia Islam. Pada periode ini, dunia Islam menghasilkan banyak filsuf, teolog, sekaligus ilmuwan ternama.

Ciri-ciri
   1.      Berhubungan dekat dengan agama atau memiliki ciri-ciri agama. inilah yang membedakannya    dengan filsafat Barat. Filsafat barat menganggap pemikiran timur belum memenuhi kriteria filsafat karena memiliki unsur agama. Para ahli memperdebatkan apakah pemikiran timur bisa dikategorikan sebagai filsafat atau tidak.
   2.      Menekan keharmonisan, keseimbangan antara manusia dan alam.
   3.      Berorientasi pada akal budi, hati dan jiwa. Berbeda dengan filsafat barat yang menekankan akal saja.
   4.      Bisa menerima perbedaan dan perubahan lebih mudah daripada filsafat barat.
   5.      Melampaui Rasionalitas.


Pemikiran Utama
                  1.      Filsafat India
Orang India mencari kebenaran tetapi bukan menjadikannya sebagai tujuan. Kebenaran yang dicari digunakan untuk membebaskan diri dari dunia. Berbeda dengan pemikiran para filsuf Yunani, para filsuf India berpikir untuk mencari jalan lepas dari ikatan duniawi dan masuk kedalam kebebasan yang baginya merupakan kesempurnaan. Filsafat India menyelidiki alam, dicari intisarinya, diselami hakikatnya, dicari sebab-sebab yang sedalam-dalamnya.
                  2.      Filsafat China
Hal pokok dalam filsafat China yaitu harmoni, toleransi dan perikemanusiaan. Selalu dicarikan keseimbangan, harmoni, suatu jalan tengah antara manusia dan sesama, antara manusia dan alam, antara manusia dan surga. Toleransi, terlihat dalam keterbukaan terhadap pendapat yang berbeda dari pendapat pribadi, suatu sikap perdamaian yang memungkinkan pluralitas yang luar biasa, juga dalam bidang agama. Kemudian perikemanusiaan, pemikiran China lebih antroposentris daripada filsafat India dan filsafat Barat. Manusialah yang selalu merupakan pusat filsafat China, bagaimana manusia harus bersikap dan bertindak supaya senantiasa dalam keseimbangan dunia dan surga. 

3.      Filsafat Islam
Filsafat Islam pada dasarnya adalah perbincangan tentang tuntunan kehidupan yang baik dan pengabdian kepada Allah SWT dan bersumberkan agama. Pemikiran utama filsafat Islam adalah kajian sistematis dan logis terhadap kehidupan, ketuhanan, kenabian, alam semesta, dan etika yang dilakukan di dalam dunia Islam atau peradaban umat Muslim dan berhubungan dengan ajaran-ajaran Islam. Filsafat Islam secara khas merupakan pemikiran yang berada dalam suasana keyakinan atau gabungan akal dan keyakinan.

Nama-nama Tokoh
      1.      Filsuf India
·         Siddharta Gautama
·         Abhinavagupta
·         Byasa
·         Adi Shankara
·         Ramanuja
·         Badarayana
·         Mohandas Karamchand Gandhi
·         Gaudapada
·         Nagarjuna
·         Kumarila Bhatta
      2.      Filsuf China
·         Kong Hu Cu
·         Lao Zi
·         Mo Tzu
·         Mengzi
·         Han Fei Zi
·         Sun Tzu
·         Cheng Yi
·         Zhang Zai
·         Fung Yu Lan
·         Mao Zedong
      3.      Filsuf Islam
·         Abu-Yusuf Ya'qub bin Ishaq al-Kindi
·         Abu-Bakr Muhammad bin Zakariya al-Razi
·         Abu-Nasr Muhammad bin al-Farakh al-Farabi
·         Abu 'Ali al-Husayn bin 'Abd Allah bin Sina
·         Abu-Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali
·         Abu-Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Ahmad bin Rushd
·         Abu Abdillah Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Arabi
·         Mulana Jalal al-Din Muhammad Balkhi
·         Abu Rayhan al-Biruni
·         Allama Muhammad Iqbal 



Tokoh Beserta Pemikirannya

1.      Filsuf India
·         Gaudapada
      Gaudapa adalah seorang Filsuf India yang dikenal karena memberikan tafsiran monistik terhadap teks-teks Upanishads. Menurut Gaudapa realitas adalah tidak dualistik (non-dual). Berbagai bentuk dari nama, dan dunia eksternal yang dikenal dalam pengalaman setiap hari adalah realitas ultimat dari roh yang non-dual. Objek mimpi adalah tidak nyata, karena ketika seseorang yang bermimpi, bangun ia akan menyadari bahwa mimpi tersebut tidak nyata. Doktrin yang dikenal dari Gaudapa adalah doktrin non-kreasi (Ajativada). Yaitu bahwa dunia secara fenomenal tidak pernah diciptakan, dunia hanya terlihat seperti diciptakan. Padahal dunia pada dirinya tidak pernah dilahirkan dan juga tidak pernah mati.
·         Haribhadra
      Haribhadra adalah seorang filsuf India, penulis dan juga dianggap sebagai salah satu penemu Jainisme. Ide utama Haribhadra tentang Realitas terakhir adalah meskipun pengajaran Jainisme tentang kehidupan, karma, dan tidak melakukan kekerasan adalah benar, terdapat kebenaran juga di dalam tradisi-tradisi lain. Realitas Terakhir dapat direngkuh dari berbagai perspektif. Pengikut Haribhadra memegang dua risalat yoga, yaitu Yogadrishtisamuccaya dan Yogabindu. Haribhadra juga menyamakan Bodhisattva Buddhis dengan calon Jaina atau orang yang juga layak disebut Jaina. Ini didasarkan pada pemahaman bahwa meskipun seorang Buddhis, setiap orang suci layak untuk disembah.
·         Jayatirtha
      Jayatirtha adalah orang suci dalam agama Hindu yang memberikan komentar terhadap Madva. Oleh karena itu ia membuat banyak tulisan tentang Madva. Bagi Jayatirtha, sebagaimana pengikut Madva, mengatakan bahwa di dalam realitas terdapat lima tahapan fundamental yang berbeda, antara lain: antara Dewa dengan dunia materi, antara Dewa dengan jiwa-jiwa yang sadar, antara dunia materi dan jiwa-jiwa yang sadar, antara jiwa dengan jiwa, antara sesuatu yang bersifat materi dengan yang lain. Menurut Jayatirtha, meskipun dunia materi dan jiwa bergantung pada Dewa namun pada dirinya mereka adalah abadi. Baik dunia materi maupun jiwa secara esensial berbeda dengan hakikat Allah. Ini sangat bertentangan dengan pandangan Advaita yaitu melihat segala sesuatu yang ada bukan sebagai hakikat yang berbeda di dalam satu materi. Bagi Jayatirtha, satu-satunya jalan untuk lepas dari batasan dan kebodohan adalah devosi. Devosi berhubungan erat dengan pengetahuan.

2.      Filsuf China
·         Kong Hu Cu
      Konfusius (bentuk Latin dari nama Kong-Fu-Tse, “guru dari suku Kung” atau yang sering dikenal sebagai Kong Hu Cu) adalah seorang filsuf yang lahir pada tahun 551 SM. Ia hidup sekitar tahun 551 SM-497 SM. Ia mengajarkan konsep Tao (”jalan” sebagai prinsip utama dari kenyataan) adalah “jalan manusia”. Artinya: manusia sendirilah yang dapat menjadikan Tao luhur dan mulia, kalau ia hidup dengan baik. Keutamaan merupakan jalan yang dibutuhkan. Konsep lain adalah Li, Ren dan Yi, menurutnya, jika masyarakat telah memegang “Li”, “Ren”, dan “Yi”,  maka dunia akan damai (Li=adat istiadat, Ren=perikemanusiaan, Yi=perikeadilan) Kebaikan hidup dapat dicapai melalui perikemanusiaan (”Ren”), yang merupakan model untuk semua orang. Secara hakiki semua orang sama walaupun tindakan mereka berbeda. Sesuai dengan ajaran Li, maka orang itu harus mengetahui dirinya dan menempatkan diri pada tempatnya. Ada 5 hubungan yang dapat dipertimbangkan paling utama:

a)      Hubungan antara penguasa dengan yang dikuasai.
b)      Hubungan orang tua dengan anak.
c)      Hubungan suami dengan istri.
d)      Hagaimana hubungan saudara tua dengan saudara muda.
e)      Hubungan teman dengan teman.
·         Lao Zi
       Lao Zi (”guru tua”) membawa ajaran Taoisme, ia hidup sekitar 550 SM. Lao Zi melawan Konfusius. Menurut Lao Zi, bukan “jalan manusia” melainkan “jalan alam”-lah yang merupakan Tao. Tao menurutnya adalah prinsip kenyataan objektif, substansi abadi yang bersifat tunggal, mutlak dan tak-ternamai. Ajaran Lao Zi lebih-lebih metafisika, sedangkan ajaran Konfusius lebih-lebih etika. Taoisme adalah kesadaran bahwa kita tidak tahu apa-apa tentang Tao. 

      Ajarannya tertulis dalam buku Tao Te-Ching, yang intinya:
      a. Adanya semangat semangat keadilan dan kesejahteraan bernama Tao.
      b. Orang tidak boleh mengekang jalannya alam.
      c. Orang supaya mau menerima nasib seperti suka, duka bahagia, sengsara dsb.
      Sumber yang unik dari alam semesta dan menentukan semua hal; bahwa semua hal di dunia terdiri dari bagian yang positif dan bagian yang negatif; dan bahwa semua yang berlawanan selalu mengubah satu sama lain; dan bahwa orang tidak boleh melakukan tindakan yang tidak alami tetapi mengikuti hukum kodratnya.” Sikap pasrah terhadap hukum kodrat dan hukum alam ini disebut juga sebagai wu-wei.
3.      Filsuf Islam
·         Abu-Yusuf Ya'qub bin Ishaq al-Kindi
      Al-Kindi orang Islam yang pertama meretas jalan mengupayakan pemaduan antara filasafat dan agama atau antara akal dan wahyu. Menurutnya antara keduanya tidak bertentangan karena masing-masing keduanya adalah ilmu tentang kebenaran. Sedangkan kebenaran itu satu tidak banyak. Ilmu filasafat meliputi ketuhanan, keesan-Nya, dan keutamaan serta ilmu-ilmu lain yang mengajarkan bagaimana jalan memperoleh apa-apa yang bermanfaat dan menjauhkan dari apa-apa yang mudarat. Hal seperti ini juga dibawa oleh para rasul Allah dan juga mereka menetapkan keesaan Allah dan memastikan keutamaan yang diridhai-Nya. Al-kindi melihat keselarasan filsafat dan agama dilihat dari tiga sudut. Pertama, ilmu agama merupakan bagian dari filsafat. Kedua, kebenaran wahyu dan kebenaran filsafat saling bersesuaian dan ketiga, menuntut ilmu secara logika diperintahkan. Karena itu, al-kindi mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu dalam batas-batas kemampuan manusia. Dan tujuan filosof dalam berteori adalah mencari kebenaran dan dalam berpraktek ialah menyesuaikan dengan kebenaran itu.
      Dengan kata lain, Al-kindi meyakini adanya pararelisme antara agama dan filsafat dan dia percaya bahwa keduanya memiliki kesesuaian dan harmonisme. Sedangkan tujuan keduanya adalah satu : mengetahui sang kebenaran, alam dan manusia.
·         Abu-Bakr Muhammad bin Zakariya al-Razi
      Konsepsi filsafat al-Razi yang paling menonjol, dan karenanya menjadi ajaran pokok, adalah prinsip lima yang kekal, yaitu Tuhan, Jiwa Universil, Materi pertama, Ruang Absolut dan Zaman Absolut. Dua dari lima yang kekal itu hidup dan aktif, Yaitu Tuhan dan Roh, satu tidak hidup dan pasif yaitu materi, sedangkan dua yang lainnya tidak hidup dan tidak aktif ruang dan waktu. Di lain sisi, prinsipnya bahwa dunia diciptakan dalam waktu dan bersifat sementara, membedakannya dari konsep Plato yang mempercayai bahwa dunia diciptakan dan bersifat (dalam waktu) abadi. Keduanya bertemu dalam keabadian jiwa dan Pencipta, sebagai pernyataan aksiomatik. Konsep filsafat al-Razi tentang moral terkacaukan oleh konsep “transmigrasi jiwa”nya. Dengan konsep moral ini al-Razi bermaksud memuliakan hewan-hewan buas untuk diangkat ke tempat yang lebih baik, dengan cara membunuhnya. Kemudian, konsepnya mengenai kenabian dan agama, berintikan penolakan kepada para Nabi dan sakralisasi kepada akal. Konsep ini merupakan bukti keberaniannya sehingga dikenal sebagai pemikir bebas non-kompromis. Keseluruhan konsep yang ditawarkan al-Razi memperlihatkan bahwa dia adalah seorang ateis sekaligus monoteis; dua titik berlawanan yang menyatu secara unik-pelik. 
·         Abu-Nasr Muhammad bin al-Farakh al-Farabi
      Al-Farabi berusaha memadukan beberapa aliran  filsafat yang berkembang sebelumnya terutama pemikiran Plato, Aristoteles, dan Plotinus, juga antara agama dan filsafat. Karena itu ia dikenal filsuf sinkretisme yang mempercayai kesatuan filsafat. Dalam ilmu logika dan fisika, ia dipengaruhi oleh Aristoteles. Dalam masalah akhlak dan politik, ia dipengaruhi oleh Plato. Sedangkan dalam hal matematika, ia dipengaruhi oleh Plotinus.
      Untuk mempertemukan dua filsafat yang berbeda seperti dua halnya Plato dan Aristoteles mengenai idea. Aristoteles tidak mengakui bahwa hakikat itu adalah idea, karena apabila hal itu diterima berarti alam realitas ini tidak lebih dari alam khayal atau sebatas pemikiran saja. Sedangkan Plato mengakui idea merupakan satu hal yang berdiri sendiri dan menjadi hakikat segala-galanya. Al-Farabi menggunakan interpretasi batini, yakni dengan menggunakan ta’wil bila menjumpai pertentangan pikiran antara kedanya. Menurut Al-Farabi, sebenarnya Aristoteles mengakui alam rohani yang terdapat diluar alam ini. Jadi kedua filsuf tersebut sama-sama mengakui adanya idea-idea pada zat Tuhan. Kalaupun terdapat perbedaan, maka hal itu tidak lebih dari tiga kemungkinan:
a.      Definisi yang dibuat tentang filsafat tidak benar
b.      Adanya kekeliruan dalam pengetahuan orang-orang yang menduga bahwa antara keduanya terdapat perbedaan dalam dasa-dasar falsafi.
c.       Pengetahuan tentang adanya perbedaan antara keduanya tidak benar, padahal definisi keduanya tidaklah berbeda, yaitu suatu ilmu yang membahas tentang yang ada secara mutlak.
      Adapun perbedaan agama dengan filsafat, tidak mesti ada karena keduanya mengacu kepada kebenaran, dan kebenaran itu hanya satu, kendatipun posisi dan cara memperoleh kebenran itu berbeda, satu menawarkan kebenaran dan lainnya mencari kebenaran. Kalaupun terdapat perbedaan kebenaran antara keduanya tidaklah pada hakikatnya, dan untuk menghindari itu digunakab ta’wil filosofis. Dengan demikian, filsafat Yunani tidak bertentangan secara hakikat dengan ajaran Islam, hal ini tidak berarti Al-farabi mengagungkan filsafat dari agama. Ia tetap mengakui bahwa ajaran Islam mutlak kebenarannya.
 



Bonus

Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/19759939/Mengenal_Filsafat_Timur
https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_Timur
https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_Islam
https://www.academia.edu/36749650/MAKALAH_FILSAFAT_UMUM_FILSAFAT_TIMUR_CINA_INDIA_INDONESIA_Uswatun_Chasanah_1704026085_2
https://www.academia.edu/10721723/BAB_VIII_SEJARAH_FILSAFAT_CINA
https://www.academia.edu/9997880/Filsafat_cina
https://www.academia.edu/36399990/tokoh_tokoh_filsafat
https://www.academia.edu/12132605/Perbedaan_Filsafat_Yunani_dengan_Filsafat_Islam
https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_filsuf_Islam
https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Filsuf_India
https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_Tionghoa

Comments