Random 1 - Bahasa Baru Merenggut Keaslian Cara Saya Hidup

Belajar bahasa baru secara tidak langsung dapat merubah cara berpikir kita. Sering kali ketika kita mempelajari tatabahasa asing, kita secara tidak sadar menggunakan susunan kalimat bahasa itu dalam percakapan sehari-hari, walaupun menggunakan bahasa ibu kita.

Misal yang kita pelajari adalah bahasa Inggris, dalam kalimat bahasa Inggris, kita membutuhkan setidak-tidaknya subject dan ordinary verb untuk membuat suatu kalimat, sepanjang apapun susunan kata yang dibuat menggunakan bahasa Inggris jika tidak ada subject dan ordinary verb maka tidak bisa disebut kalimat. Bagaimana dengan kalimat nominal? To be dalam kalimat nominal berkedudukan sebagai ordinary verb. Jadi  secara kasar bisa dikatakan tidak ada kalimat nominal, semua kalimat memiliki verb.
Itu sedikit tentang bahsa Inggris, kembali pada contoh bahwa bahasa asing merubah kita. Penutur asli bahasa Inggris sering berkata,

"It would be.."
jika diartikam satu persatu artinya,
"Itu/ini akan menjadi..".
Nah jika kita terbiasa dengan susunan kalimat itu dalam berbahasa sehari-hari, sekalipun menggunakan bahasa ibu kita, tidak menutup kemungkinan kita akan berkata,
"(ini akan menjadi..) sebagai ganti dari (jadinya..)"

Di luar kehidupan formal, sebelum belajar bahasa Inggris biasanya berkata,
"Jadinya seperti ini..."
berubah menjadi,
"Itu/ini akan menjadi seperti ini....".

Terasa sedikit formal. Karena kita terbiasa menggunakan aturan standar bahasa Inggris, akhirnya terbawa dalam percakapan sehari-hari. Contoh lain ketika kita ingin berkata,

"Saya darah tinggi"
akan berubah menjadi,
"Saya punya darah tinggi"
sesuai dengan kalimat bahasa inggris,
"I have hypertension"
biasanya dalam kehidupan sehari-sehari ketika ditanya,
"Mau makan sate kambing?"
"Tidak, saya darah tinggi"
Berubah menjadi,
"Tidak, saya punya darah tinggi".

Ini terjadi jika kita terbiasa dengan susukan kata seperti itu. Contoh yang lain lagi, misal bahasa Mandarin, ketika kita telah belajar menulis Hanzi (Aksara Han/Tionghoa) kemudian kita mencoba menulis persegi, dapat dipastikan cara kita membuatnya akan sama seperti kita menulis Hanzi.

Cara kita menggambar persegi akan sama sepeti kita menulis Kou 口 dalam bahasa Mandarin, kita akan menggambar sesuai urutan guratan menulis Kou, mulai dari garis vertikal sebelah kiri kemudian garis atas horizontal menyambung ke garis vertikal sebelah kanan dan yang terakhir menggambar garis bawah.
Juga dalam pelafalan Shi dan Si, seperti yang kita ketahui, dalam bahasa Mandarin Shi dibaca She dan Si dibaca Se. Ini sangat berpengaruh pada saat kita melihat tulisan Shi dalam pembelajaran bahasa Jepang atau yang lain, secara otomatis otak kita akan berkata She; sesuai aturan Mandarin bukan Shi sesuai pelafalan Indonesia.

Ini terasa seperti perubahan yang mengkhawatirkan, meninggalkan cara kuno yang langka dan tak terlupakan, kalo diibaratkan benda, ini benda yang seharusnya dimuseumkan tapi malah hilang, amat disayangkan.

Tapi semua ini tergantung seberapa sering kita menggunakan bahasa itu. Prosesnya simpel, ini sama seperti kita menggunakan bahasa daerah yang sering kita gunakan, kemudian mencoba berbicara menggunakan bahasa Indonesia, tidak menutup kemungkinan kita seringkali tetap menggunakan susunan kata bahasa daerah kita. Status bahasa asing akan memiliki kesamkaan dengan bahasa daerah yang diumpamakan di atas, jika bahasa asing sering digunakan, apalagi benar-benar dipelajari dengan serius, sepenuh hati dan sistematis, mulai dari menghafal kosakata, mempelajari tatabahasa dan seterusnya. Semuanya melekat di pikiran kita

Perubahan cara berbahasa atau menulis, bukanlah hal yang sangat penting untuk dibesar-besarkan, kita butuh perubahan karena kita manusia, sangat rugi apabila kita tidak mengadakan perubahan peradaban yang lebih baik, kita bukan Tuhan yang sampai kapanpun akan tetap Agung.

Bagaimanapun, terlepas dari semua itu, saya tetap berkata bahwa bahasa baru merenggut keaslian cara saya berbahasa atau bahkan cara saya hidup. Karena ketika kita belajar suatu bahasa kita sejatinya sedang mempelajari budaya dan hal itu akan mempengaruhi budaya kita. Tapi tentu kita tidak boleh terpaku hanya pada hal itu saja, banyak sekali manfaat mempelajari bahasa asing bagi kita. Misalnya membantu meremajakan otak kita dan tentu saja seperti dalam hadits, kita tidak akan tertipu jika kita tau bahasa suatu bangsa.


20:00

Comments