Puisi - Tangis untuk Masa Depan


Dinding-dinding harapan gubuk reot itu menyempit
Aku khawatir, logika mengunyah remuk melihat tegaknya tak lagi tangguh
Syair kebangkitan bernyanyi di luar gubuk itu, tak sekali menyentuhnya
Gubuk itu telah sakit menahun tak kunjung sembuh
Sehingga telinganya telah abai mendengar kabar baik
Ia terus tertunduk malu meratapi masa depan

Aku berkata, dindingmu telat melewati masa Ia telah terbiasa dengan asa yang tak sampai pada semesta
Ia menggeliat meruntuhkan atapnya seakan tak terima
Rerumputan di sekitarnya bernyanyi tentang kematian jiwanya
Bunga-bunga turut berduka

Gubuk itu hidup bersama kekhawatiran
Lantainya licin penuh tangis kegelisahan
Aku mengintip, ia tak memiliki apapun di dalamnya
Hanya gambaran suram masa depan yang terduduk di pojok ruang itu

Meski masa depan belum benar dilihatnya
Tapi kecewa masa lalu mengikis lembut keyakinan
Membelenggu erat hingga tak berdaya
Ia menghamba ketakutan yang tak beralasan


Diterbitkan di Alinea Publishing

Comments