Sebuah Kontemplasi di Atas Ladang Kapitalisme

Kritik sinis untuk masyarakat uang, yg baperan jangan baca :v oleh M. Imam Al-Faqih


Aku paham bahwa kebanyakan orang tidak ada waktu untuk memikirkan kebenaran. Dunia memang perlu beberapa orang (pemikir) yang tidak disibukkan dengan uang, sehingga dapat membantu yang tidak punya waktu selain untuk uang. 


Di antara dunia yang sibuk "memperkaya diri" dalam arti yang sebenarnya, bentuk pakem kebenaran seperti yang kemudian disebut agama, sangat diperlukan. 


Bagi orang-orang yang tidak punya waktu untuk memikirkan sendiri sebuah kebenaran, akan merasa terpenuhi dengan adanya agama. 


Di masyarakat yang seperti ini, sebenarnya pemikiran baru cenderung tidak dihargai. Masyarakatnya sudah terlalu sibuk. Jadi satu kebenaran (agama) saja cukup.


Bagaimana mungkin memikirkan kebenaran lain ketika waktu yang dimiliki didominasi oleh sesuatu yang lain (uang). Tapi lalu bagaimana jika seorang pemikir disibukkan dengan uang juga seperti yang terjadi di universitas-universitas dewasa ini?


Kebenaran yang dihasilkan akan dibentuk sesuai pesanan, bisa mengikuti bentuk pakem tadi, atau mengikuti hasrat lain yang dikehendaki.


Konteks masyarakat kita adalah masyarakat traditional. Kita belum menjadi masyarakat pengetahuan, pengetahuan tidak dihargai di sini, yang dihargai adalah uang.


Dengan konteks ini, pengetahuan bukanlah tujuan, melainkan alat untuk mendapat uang. Selain berorientasi uang, masyarakat seperti ini persis seperti yang sudah sebutkan sebelumnya, pokoknya kebenaran, yang penting disebut kebenaran, diikuti. Tidak dipikirkan lebih lanjut.


Oleh sebab itu, figur-figur otoritatif sangat diminati dalam masyarakat sibuk ini. Sangat sulit untuk berpaling darinya. Sehingga problem kebenaran masih menjadi pekerjaan rumah yang sangat besar di tempat kita. Uang adalah kebenaran di sini.


Mari kita rangkum dengan kalimat yang lebih sederhana, masyarakat ini adalah masyarakat yang sibuk dengan uang, sehingga tidak punya waktu untuk memikirkan kebenaran. Oleh sebab itu, kebenaran yang datang dengan paket komplit, yg menawarkan surga dengan 7 bidadari atau penuh perhiasan, diterima begitu saja. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan psikologis manusia yang memiliki kecenderungan pada kebenaran.


Kenapa masyarakat semacam ini sangat terikat dengan uang? Jawabannya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginanya. Kebutuhan dan keinginan yang bisa jadi tidak dipilih oleh dirinya sendiri. Melainnya oleh masyarat atau orang lain yang memilihkan untuk mereka.


Contoh yang lagi hangat, antrian iphone 15. Keinginan untuk memiliki gawai ini, bisa jadi diprakarsai oleh orang lain, bagaimana bisa gampang terpengaruh? Kelebihan lain dari masyarakat sibuk adalah tidak dapat menentukan apa yang menjadi prioritas bagi dirinya sendiri. Ia dengan mudah terseret ombak kegemerlapan kehidupan.


Hal ini menjadi semacam lingkaran setan yang terjadi terus menerus, tanpa ujung. Keinginan-keingan ditentukan (katakanlah iphone14). Karena memiliki keinginan (yg tidak gratis), maka masyarakat harus mengumpulkan uang, ketika uang terkumpul, akan diserahkan kepada pembuat keinginan, pembuat keinginan membuat keinginan baru (iphone15). Masyarakat uang ini, kemudian bekerja lebih keras untuk memenuhi keinginan yang lain itu. Begitu seterusnya.


Tidak ada ruang untuk memikirkan keinginan, apakah keinginan ini benar (murni dari saya) atau keinginan ini salah (setelan dari orang). Bagaimanapun kadang keinginan 'murni' sesuai dengan 'setelan'. Tapi sebagai makhluk yang bisa berpikir, jika berkeinginan A, sedangkan kenyataan di sekitar mengatakan B, maka konsekuensi ada ditangan kita, entah tetap berkeinginan A, atau menyesuaikan dengan keadaan yang menyebutkan B.


Jika memilih mengikuti keinginan A, kita tau konsekuensinya. Harus mengusahakan A, meskipun katakanlah, akan sangat sulit. Kesulitan itu yang menjadi fokus hidupmu ke depan. Dan dengan sedih saya katakan, kadang melupakan kemanusiaan dirinya, bahwa sebenarnya dia punya 'pilihan'.


Tapi bagaimana mungkin 'pilihan' terbesit dalam pikiran masyarakat uang. Ia akan mengikuti keinginan-keinginan itu, sejauh masih belum dikebumikan.


Yang unik dari masyarakat uang adalah, mereka bukan tidak bisa mempelajari kebenaran. Mereka bisa, tapi bukan kebenaran yang independen dari kepentingan apapun. Kebenaran yang perlu dipelajari adalah kebenaran yang harus berkepentingan, terutama berkepentingan pada uang.


Contoh si A mempelajari sebuah kebenaran, namun harus kebenaran yang berkepentingan, yaitu dengan belajar kebenaran itu, ia akan menjadi ini, menjadi itu, atau mendapatkan ini, mendapatkan itu. Yang terpenting adalah terukur dengan keuntungan, teruma uang. Kembali lagi, ia melupakan kemanusiaanya.


Pencarian manusia atas kebenaran adalah sesuatu yang manusiawi karena manusia butuh itu. Butuh akan kebenaran sebagai sandaran, supaya ia terbebas dari kebingungan. Uniknya dari masyarakat uang, ia tidak mementingkan itu, kebenaran hanya akan menjadi alat baginya untuk memperkaya diri. Oleh sebab itu, seperti yang sudah disebutkan tadi, kebenarannya harus berkepentingan.


Kenapa masyarakat uang lantas disebut melupakan kemanusiaannya? Dengan prihatin saya menjawab, sama dengan binatang. Binatang belajar melakukan sesuatu sekedar untuk bisa makan, bertahan hidup. Masyarakat uang belajar sesuatu untuk memenuhi hasrat konsumtif, dan survive.


Tentu bertahan hidup bukan berarti tidak penting, manusia dengan binatang atau tumbuhan memang sama, harus bertahan hidup, harus makan. Tapi apakah hanya itu? Kalau mengingat bahwa manusia dilengkapi alat pikir, tentu saja tujuan kemanusiaan dia bukan hanya itu.


Tapi agaknya sulit, saya sedikit pesimis dengan ini, di masyarakat uang, bagaimana mungkin tulisan seperti ini dibaca, kan tidak menghasilkan uang.



00:16 26/09/23

Comments