Berandai Tuhan - Puisi ?

Suatu malam aku duduk di antara keheningan di teras rumah. Tak lama ada sebuah bintang melesat ke pangkuanku. Aku bangkit dan mengibaskan pakaianku, kukira ia terjatuh dan membakar bajuku. Karena aku tau bahwa bintang sangatlah kecil, aku pikir ia tak akan membakar habis bajuku.


Setelah aku bangkit dari duduk dan keheningan itu, tiba-tiba aku mendengar seseorang berkata,


"Percayalah dan lakukan apa yang orang-orang katakan tentang kebenaran, jangan membangkang, kamu ini bebal dan tidak patuh, berbuat baiklah sebagaimana hatimu berkata, jangan menjadi orang yang selalu menyangkal, jadilah orang yang patuh"


Aku yang hanya pernah mendengar kata-kata manusia, tapi tidak pernah mendengar secara langsung suara bintang di langit, mulai merenung;  


Lalu aku mengingat Tuhanku, dan mengira Dialah yang bersuara, pemilik bintang-bintang dan segala sesuatu di antaranya.


Seketika aku berkata kepada suara itu, 


Wahai Tuhan manusia, jika engkau menegurku dengan mengutus bintang jatuh ke pangkuanku, aku juga bisa menegurmu. Apakah Tuhan ketakutan? Ketika ciptaannya yang dilabeli lemah tidak patuh padanya? Apakah Tuhan merasa kalah? Lalu ketika aku patuh dan sering berbuat baik, apakah Tuhan akan menjadi lebih kuat? 


Engkaulah yang maha kuasa atas segala sesuatu, sesungguhnya engkau tidak akan terpengaruh dengan tindak tandukku. Aku mencarimu, Tuhan. Aku mengujimu. Bahkan kehendakku ini juga berasal darimu. Lalu jika aku berkehendak demikian, aku bisa mempengaruhimu? Engkau bisa merasa kalah dan bisa merasa semakin kuat? Aku bertanya-tanya. 


Manusia banyak sekali berbicara tentangmu. Mereka mendefinisikan engkau. Mereka berhak melakukan itu? Mendefinisikan yang maha kuasa? Lalu yang maha kuasa engkau atau mereka (manusia)? Atau sebenarnya dengab demikian mereka menciptakanmu?


Aku menolak untuk membasuh pikiranku dari keras kepalaku. Aku lakukan hanya untukmu, aku mencarimu. Aku tidak peduli definisi orang-orang tentangmu, aku juga memiliki definisi tentangmu. Tapi aku tidak ingin tau definisi orang-orang dan definisi diriku tentangmu. Aku tidak ingin mencari sesuatu yang diserupakan denganmu atau atribut tentangmu, aku hanya ingin mencari dirimu yang sejati.


Aku harus melakukan yang kau perintah, engkau yang didefinisikan oleh ciptaanmu itu atau seharusnya menderita dalam mencarimu, menemukanmu yang sejati yang bersih dari campur tangan dan ujaran makhlukmu termasuk diriku sendiri.


Aku sangat penasaran, ketika engkau menegurku, aku juga bisa menegurmu. Aku bisa menegurmu dengan tangisan, air mata, dan doa yang senantiasa dipanjatkan siang-malam oleh orang tertindas yang tidak kau dengarkan! Mereka bekerja dan hidup untukmu namun kau menolak. 


Jika dengan teguran ini engkau merasa ketakutan, seketika itu pula aku menolak Tuhan yang takut. Karena aku mendengar dirimu pernah menciptakan alam semesta, bisa dibayangkan seberapa tinggi kuasamu dalam menciptakan itu. 


Namun orang-orang yang membela gambaranmu merasa takut engkau terluka. Mereka melindungimu yang maha kuasa itu? Kembali lagi aku ingin bertanya, lalu yang maha kuasa engkau atau mereka, jika mereka bahkan bisa melindungimu dari rasa terluka?


Aku menantangmu, kita sama-sama dapat menegur satu sama lain. Kau hadir dengan bintang jatuh dan aku membalasnya dengan tangis yang terjatuh. 


Kau tidak akan bisa mengelak. Jangan mengelak! Karena jika kau mengelak, berarti kau merasa ketakutan dengan tantanganku. Jika aku membuatmu merasa takut. Aku berkuasa atasmu. Jika demikian. Kau bukan Tuhan yang aku kenal lagi.


Bagaimanapun, harus aku katakan, aku terikat, aku berkewajiban untuk melakukan kehendakmu. Kehendak yang kau tulis pada hukum-hukum alam. Apa yang aku lakukan terikat dengan hukummu. Itulah alasan kenapa aku adalah milikmu. Jika aku mendaki gunung, aku merasa berat dan jika aku turun, aku merasa lebih ringan. Dan akan tetap begitu. Oleh sebab itu aku tidak bisa keluar dari kepastianmu itu.


Pada akhirnya, aku yang terbatas dan engkau yang tak terbatas, hukum-hukummu berlaku pasti. Mau aku lawan, mau aku bangkang, pada akhirnya sabda itu pasti. Sabda yang aku rasakan. Yang manusia alami, baik dikatakan buruk atau sebaliknya. Sabda itu tetap, tidak berubah.


Janjimu menetapkan hukum-hukummu, dan aku hanya berandai-andai, karena andaian membuat aku lega. Ruang andaian membuat aku tenang. Manusia berandai-andai tentangmu, termasuk aku. Meskipun aku dan mereka sebenarnya tau atau tidak sadar bahwa yang kita semua rasakan saat ini, adalah sabdamu, hukummu, ketetapanmu.


Aku berandai, maka kita berdua adalah sesuatu yang saling menantang, engkau dengan bintang jatuh itu dan aku dengan tangisan makhlukmu, lalu kamu berkenan aku berandai. Aku telah berandai-andai dan sedang menulis tulisan ini dan engkau merestui itu. Jika tidak, pembaca tidak akan pernah membaca tulisan ini.


Aku harus begitu, jika aku milikmu. Tidak ada yang luput dari kehendakmu. Yang telah terjadi, adalah sabdamu.


Aku terbatas, namun milikmu yang tanpa batas, aku mendefinisikanmu secara sederhana, dan engkau menerimanya dengan mempesona. 


Tapi tidak mengubahmu sama sekali.



08:50, 20 Juli 2023


Terinspirasi: Herbert, Supeli.

Comments