Puisi - Masa Berbicara

Mungkin ia tak merasakan perubahan apapun
Tapi aku yang melihatnya tau
Kulitnya telah berkeriput mejadi tua
Baju setelan serta jaket kulitnya masih baru
Kacamata hitamnya mengkilau
Tapi tubuhnya berangsur ringkih
Lipatan keriput di bawah mata mengganda di balik kacamata
Di antara rambutnya yang disisir rapi
Dan minyak urang-aring yang disapukan padanya
Terselip uban di setiap bagian kepalanya

Ia bersemangat menghidupi anak istrinya
Kudapati ia menyimpan kerinduan dibalik tatapannya petang itu
Namun ia tak sekali membeberkan kepada teman kerjanya sekalipun
Ia tak kunjung pulang dari perantauan
Karena Ia memiliki definisi sendiri tentang pulang
Pulang baginya berarti berhenti makan

Aku tak yakin satu hal tentangnya
Harus aku sayangkan atau tidak
Meski tubuhnya tegap kala itu
Ia tidak berdoa sebagaimana caraku berdoa
Haruskah aku hakimi ia dengan pandanganku
Seiring uban yang betambah banyak dan otot-otot yang mulai kendor
Haruskah aku memperkenalkannya jalan yang ku tempuh dengan dalih menyelamatkannya

Terlepas dari itu semua
Di balik deskripsi fisiknya
Ada penjabaran mendalam di balik tubuhnya
Tentang keyakinan kepada Tuhan dan kasih sayang kepada keluarga
Penjelasan tentang jalan baru yang akan menyelamatkannya hanya akan menjadi beban, terkesan dipaksakan

Tangan dan kakinya yang kusam telah diabdikan atas nama kasih sayang
Keangkuhan gejolak nafsu kerinduan telah terjinakkan
Pantaskah ia jatuh pada bara neraka terdalam
Aku tak tau...
Yang aku tau murka Tuhan telah kalah atas kasih sayang-Nya sendiri.

Jan 10:46

Comments