Tolong

Cerita singkat | Terinspirasi dari kisah nyata

Mam, aku lelah menjadi anjing penjaga, leherku dibelenggu di dekat gerbang utama, aku tak sanggup lagi meneruskan langkah ini, aku ingin berhenti. Setiap tidurku terganggu dengan kayu tumpul yang menghantam punggungku, aku tak kuat, aku bisa saja pergi kapanpun aku mau, tapi jika aku pergi artinya aku harus berani menahan lapar, berani untuk terkatung-katung di jalanan. Bagaimanapun, mereka memberiku sisa makanan dan memberiku tempat tinggal, kutakut berkata 'walau, meskipun' disetiap nikmat yang telah diberikan, aku tidak mau disebut anjing yang tidak mau bersyukur. Mam, aku sangat bersyukur bertemu seseorang yang setiap hari berlalulalang di depan tempatku bekerja, ia menawariku jalan hidup lain yang kusebut harapan, mam, aku berhenti menjadi anjing penjaga, aku mengikuti orang itu, ia menyebutnya sirkus, ia memperkenalkan padaku apa yang harus aku lakukan untuk bergabung, aku merasa akan ada kebaikan untukku. Aku percaya dengan apa yang ia katakan, aku akan baik-baik saja jika terus mengikuti dan tunduk pada peraturannya, akupun meng'iya'kannya dan bergabung, meskipun aku tidak memiliki cukup talenta. Aku menandatangani kontrak kerja itu dengan senang hati, aku merasa menemukan sesuatu untuk bersandar, sehingga aku dapat tertidur nyenyak dengan menggantungkan hidupku padanya setelah sekian lama hidupku penuh penyiksaan. Mam, aku bahagia bisa mengakhiri itu semua, aku sangat bahagia, hari demi hari aku lalui, tiba saat dimana kenyataan menamparku dan membuatku sadar, aku tidak benar-benar mengakhirinya, sirkus itu adalah milik majikanku yang dulu, orang yang mengajakku bergabung adalah karyawannya, aku dijanjikan kelayakan hidup masa depan, tapi nyatanya... Hidupku tidak berubah, aku selalu dianiaya dan disalahkan, jika aku tidak berhasil dalam sekali latihan, mereka tidak segan-segan mencambukku, mereka mengingikanku tampil gemilang tapi yang mereka berikan tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan, semuanya tetap diserahkan kepadaku, tetap aku yang salah. Awal mula bergabung, aku diwajibkan untuk tinggal di suatu tempat, di tempat itulah aku dilatih, lebih persisnya dipaksa dan ditekan, memang disana aku tidak sendiri, banyak anjing lain yang dilatih, tapi aku merasa sepi, karena kita tidak dibiarkan untuk hidup sebagaimana anjing lain di luar sana, hidup kita telah tergantikan dengan bekerja, bekerja dengan paksaan dan tekanan, kalau tidak, mereka bilang, aku harus siap dikembalikan. Aku tidak punya pilihan, semuanya sama saja, harapan yang aku bayangkan, sandaran yang aku mimpikan, sirna seketika dipukul kenyataan. Aku hidup begini, tangan kiri mereka terus menjanjikan kelayakan sembari tangan kanannya mencambuk punggungku. Mam, tidak ada yang membuatku bertahan kecuali harapan akan masa depan.


20:45 | Padam

Comments