Cerpen - Rindu Yang Hilang
Edisi Revisi, Cerpen - Rindu
Adakalanya cinta tak harus memiliki. ketika cinta itu hilang satu sisi, apa yang bisa dilakukan pemilik cinta disisi yang lain? Apakah harus ada kata benci? atau ada permusuhan? kesedihan? Atau bahkan sebaliknya? Cinta adalah saling mengerti, saling percaya dan saling berbagi kebahagiaan. Begitulah cara takdir memutuskan segalanya.
Adakalanya cinta tak harus memiliki. ketika cinta itu hilang satu sisi, apa yang bisa dilakukan pemilik cinta disisi yang lain? Apakah harus ada kata benci? atau ada permusuhan? kesedihan? Atau bahkan sebaliknya? Cinta adalah saling mengerti, saling percaya dan saling berbagi kebahagiaan. Begitulah cara takdir memutuskan segalanya.
Seperti yang aku alami, aku harus melewati
hari-hari dalam hidupku dengan perasaan hati tersayat yang membuatku
seakan-akan tak mampu hidup.
Aku seorang santri sekaligus mahasiswa semester
akhir disalah satu institut di sebuah pesantren. Aku memiliki teman hati atau
pacar yang juga menimba ilmu di pesantren ini.
“Adnan bagaimana hubunganmu dengan Anissa?”
“aku sudah tidak memikirkan itu lagi, aku akan
memfokuskan diri untuk menghafal Al-qur’an dan kuliah dengan baik. Setelah itu
aku akan melamarnya”
“fondasi masa depan yang bagus. Tapi, bagaimana
jika Anissa dilamar orang lain sebelum kamu menyelesaikannya?”
Akupun membisu, tak menjawab pertanyaan Fahri.
Selama dipesantren aku tak pernah sesekali
bertemu Anissa, jangankan bertemu, menuturkan sepatah katapun tidak pernah.
Dikatakan melanggar aturan pesantren, sepertinya aku tidak melanggar, karena
hubungan ini sudah ada sebelum kita mondok, sekitar lima tahun yang lalu. Tapi,
dikatakan tidak melanggar, ya gimana?
“Fahri, sepertinya mau hujan” ujarku seraya
menatap langit.
“kayaknya sih gitu, eh apa yang kamu suka dari
hujan”
“yang aku suka dari hujan disaat airnya mulai
membasahi tanah yang kering, aromanya begitu menyejukkan dan disitu juga awal
sebagian orang berbagi kehangatan, mereka memberikan kehangatan demi orang yang
mereka cintai walaupun mereka sendiri merasakan dingin, itu adalah bagian dari
cinta. cinta antara kedua insan dan hujan ini adalah bukti cinta Sang Pencipta
kepada kita”
“mulai puitis, sudah-sudah!”
Kemudian kami melanjutkan membaca Al-qur’an
untuk memperlancar hafalan kami. Hari demi hari berjalan begitu cepat,
beriringan dengan bertambahnya hafalanku dan juga kuliahku yang tak pernah aku
tinggalkan.
Aku dengar bahwa pengasuh pesantren
memanggilku, akupun bergegas menuju ke rumah beliau. setibanya disana, aku
terkejut, ternyata Anissa juga disana. Aku menundukkan kepala kemudian
bersimpuh dihadapan KH Arifin dan Putra pertamanya. KH Arifin menyuruh Anissa
duduk disampingku. kira-kira berjarak sekitar satu meter dariku.
“aku memanggil kalian kesini untuk membicarakan
hal penting, namun ini akan membuat kalian sedikit merasa tidak nyaman. Aku
mendengar dari beberapa santri disini bahwa kalian memiliki hubungan” tanya
bapak kiai kepada kita berdua.
Aku terkejut hatiku bergema, “kita berdua akan
dihukum”. Seketika mulutku mengeluarkan kata-kata.
“Pak Kiai, hukum aku saja!”
“tidak, tidak, aku memanggil kalian bukan untuk
itu, mohon maaf sebelumnya, aku juga menghargai kalian berdua sebagai insan
yang saling mencintai. namun disini saya minta izin kepada kalian berdua. putra
pertama bapak, yaitu Zaky, akan melamar Anissa. apakah Adnan mengizinkan?, tapi
bapak tidak memaksa!”
Aku terkejut dan tak bisa membayangkan
bagaimana ini bisa terjadi, aku masih menyayangi Anissa.
“Jauh-jauh hari bapak sudah membicarakan hal
ini dengan keluarga Anissa, mereka menyetujuinya, bagaimana dengan Anissa?”
Anissa termangu, matanya berkaca-kaca. Aku tak
bisa membayangkan ini, hatiku serasa terpalu. Disamping itu, bapak kiai kembali
mengulang pernyataannya. Kemudian Anissa menjawab.
“Aku serahkan kepada Bapak kiai dan juga
keluargaku bagaimana jadinya” ujar Anissa dengan nada pelan.
Mendengar hal itu, aku merasa tidak ingin
mendengar lagi, melihat lagi, bahkan aku tidak ingin hidup. Bertahun-tahun lamanya
aku simpan cinta ini, aku yakin dia juga seperti itu. karena yang aku tahu, dia
adalah orang yang sangat menyayangiku, bahkan dia telah memikirkan masa depan
kita berdua sebelumnya.
Aku berjalan lunglai tak berdaya keluar dari
rumah Bapak kiai, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan selanjutnya, hidupku
seakan terhenti.
Kata orang disekitarku, terutama Fahri,
akhir-akhir ini aku seperti orang yang mati sebelum mati, tapi Fahri selalu
menyemangatiku, untuk kembali membangun fondasi masa depan yang aku rencanakan.
“Don’t trust too much, don’t hope too
much, don’t love too much, cause too much can hurt you so much” Ujar Fahri
kepadaku.
hari ini tak ubahnya seperti kemarin dan
kemarin lusa, dan kemarin sebelum kemarin lusa, dan kemarin sebelum kemarinnya
kemarin lusa dan kemarin sebelum seminggu, aku tak banyak berinteraksi dengan
kawan-kawan, selalu berdiam diri di masjid.
Fajar menyingsing, dimana aku duduk termangu
memikirkan acara pernikahan Anissa dengan Gus Zaky yang akan dilaksanakan hari
ini.
“Adnan, ayo kita ke acara pernikahan Anissa,
barangkali ada yang bisa kita bantu, kamu enggak boleh seperti ini, kamu harus
semangat, mungkin Anissa bukan jodohmu. oh ya! Ini ada surat untukmu.” Ucap
Fahri seraya meletakkan surat itu disampingku kemudian Fahri pergi. Aku kembali
mencerna kata-kata yang baru saja Fahri ucapkan “aku tak boleh seperti ini”
hatiku bergema. Kemudian aku beranjak, namun akhirnya aku kembali lagi ke
posisi awal dimana aku duduk dan aku baca surat itu.
“Kepada: Adnan
Assalamu’alaikum
Aku minta maaf telah mengingkari janji kita.
tapi aku tidak bermaksud melukai hati mas Adnan. Sebelumnya keluargaku telah
menyuruhku untuk menerima lamaran mas Zaky. aku tidak bisa menolaknya, karena
aku tidak ingin menyakiti hati kedua orang tuaku. tentunya kau mengerti itu mas!
Kau adalah orang yang sangat baik yang pernah aku temui, kau juga orang yang
sangat penyabar, aku berterimakasih kepadamu atas waktu yang telah kau berikan
untukku.
Kau tak perlu berlarut-larut dalam kesedihan,
tak perlu juga khawatir masih banyak yang lebih baik dariku. aku selalu
mendo’akanmu, agar kau diberikan kesabaran dan mendapatkan penggantiku yang
lebih baik.
Kita bersama-Nya berjuanglah sampai akhir, apapun yang terjadi sekarang,
jadilah orang yang mampu bertahan hingga pertandingan usai. Aku mencintaimu
dari jauh, entah sampai kapan cinta ini aku simpan!
I love you
but there is nothing I can do to make you mine.
Wassalam..
Anissa”
Pernikahan serta resepsipun telah selesai di
laksanakan, Anissa telah sah menjadi istri Zaky. terkadang takdir berjalan
tidak seperti apa yang kita inginkan, namun berjalannya takdir semata-mata
untuk melengkapi yang kita butuhkan. kita perlu kehilangan, untuk kembali
mengerti apa arti dari menemukan dan memiliki.
***
Beberapa bulan kemudian, aku dipertemukan
dengan Anissa di sebuah acara peresmianku sebagai sarjana muda. Aku melihat
Anissa yang telah berbadan dua keluar dari mobil pribadi Gus Zaky. Anissa
bersama Gus Zaky pun semakin mendekat, mereka lewat didepanku. Aku membungkam
seraya menundukkan kepala.
Setelah acara tersebut selesai, tak disangka Gus
zaky memberi ucapan selamat untukku.
“selamat ya, Adnan !” ucap Gus zaky seraya mengulurkan
tangannya.
“iya Gus terimakasih” ujarku seraya menerima
jabatan tangan Gus Zaky.
Saat itu Anissa hanya diam dan memalingkan
wajahnya. Kemudian mereka pergi. akupun kembali duduk.
Aku tidak lagi merasa sedih ataupun iri, aku
berhasil keluar dari masa-masa sulitku, mengobarkan semangatku kembali. Aku tak
mengira bahwa aku berlarut-larut dalam kesedihan cukup lama, itu semua karena
cinta, kadang tak berlogika namun semua itu nyata. Aku sadar bahwa apa yang
terjadi dalam hidup ini adalah sebaik-baiknya jalan yang diberikan Allah kepada
kita.
Kita tidak sendiri, kita bersama-Nya.
Comments
Post a Comment